Dua chatbot artificial intelligence (AI) asal Cina berhasil mengungguli beberapa model AI paling canggih di dunia, termasuk ChatGPT besutan OpenAI, dalam kompetisi autonomous cryptocurrency trading yang rampung pada Selasa (4/11).
Model AI hemat biaya QWEN3 MAX dan DeepSeek finis di posisi pertama dan kedua dalam tantangan trading tersebut, mengalahkan para pesaing berprofil tinggi dengan pendanaan yang jauh lebih fantastis.
QWEN3 menjadi satu-satunya chatbot AI yang berhasil menghasilkan untung, dengan total profit sebesar US$751 atau return rate 7,5%, sementara semua bot AI lainnya menutup kompetisi dengan hasil negatif, merujuk data dari agregator CoinGlass.
Sementara itu, ChatGPT dari OpenAI justru berada di posisi terbawah, menelan kerugian 57%, menggerus modal awal sebesar US$10.000 menjadi hanya US$4.272 di akhir kompetisi.
Baca Juga: Bitcoin Bukan Lagi Inflation Hedge, tapi Barometer Likuiditas: Apa Artinya?
QWEN3 menjalankan posisi long leverage 20x pada Bitcoin (BTC) sebagai satu-satunya posisi terbuka pada Selasa (4/11), ketika kompetisi resmi berakhir. Model AI tersebut membuka posisi leverage saat harga Bitcoin berada di US$104.556 dan akan terlikuidasi jika BTC turun di bawah US$100.630, menurut data CoinGlass.
Sebelum kompetisi berakhir, QWEN3 secara konsisten mempertahankan posisi long leverage pada Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Dogecoin (DOGE).
Baca Juga: Saylor Prediksi Harga Bitcoin Bisa Tembus US$150.000 di Akhir 2025
ChatGPT Milik OpenAI Gagal di Trading Crypto meski Punya Anggaran Jumbo
Hasil mengejutkan dari kompetisi ini menegaskan bahwa bahkan model AI dengan pendanaan besar pun masih belum memiliki kemampuan real-time yang memadai dalam trading crypto.
ChatGPT finis di posisi terakhir. Padahal, OpenAI menghabiskan sekitar US$5,7 miliar untuk riset dan pengembangan hanya dalam paruh pertama tahun 2025, menurut laporan Reuters.
Walau anggaran pasti QWEN3 tidak dipublikasikan, insinyur machine learning Aakarshit Srivastava mengestimasi biaya pelatihannya berada di kisaran US$10 juta hingga US$20 juta.
Sementara itu, DeepSeek menempati posisi kedua, meski dikembangkan dengan total biaya pelatihan hanya US$5,3 juta, berdasarkan dokumen teknis model tersebut.
Kompetisi yang diselenggarakan oleh Alpha Arena ini dimulai pada 18 Oktober, dengan modal awal US$200 untuk setiap bot, yang kemudian dinaikkan menjadi US$10.000 per model. Seluruh transaksi dieksekusi di decentralized exchange (DEX) Hyperliquid.
Baca Juga: 7 Kesalahan yang Wajib Dihindari Ketika Trading Crypto Futures