Harga Bitcoin bisa terkoreksi hampir 50% jika tren turun yang berlangsung selama satu bulan terakhir terus berlanjut, ujar seorang analis tradfi.

Namun, firma on-chain analytics Glassnode menyatakan bahwa tren turun Bitcoin (BTC) kali ini nampaknya tidak separah yang diyakini sebagian pelaku pasar.

Analis Bloomberg Mike McGlone mengatakan dalam unggahan X pada Kamis (6/11) bahwa Bitcoin yang menyentuh US$100.000 bisa menjadi “a Speed Bump Toward US$56.000” alias ganjalan kecil menuju US$56.000.

“Pandangan saya pada chart menunjukkan betapa normalnya bagi crypto pertama ini untuk kembali ke moving average 48 bulannya, yang kini berada di sekitar US$56.000, setelah reli panjang seperti yang terjadi pada 2025,” tambah McGlone.

Indikator Isyaratkan Bitcoin Sudah Capai Titik Bottom

Namun, sejumlah metrik key data mengisyaratkan bahwa drop Bitcoin ke US$98.000 pada 4 November bisa jadi adalah local bottom. Itu adalah kali pertama dalam lebih dari empat bulan Bitcoin jatuh di bawah level psikologis penting US$100.000.

Cryptocurrencies, Bitcoin Price
Harga Bitcoin turun 7,66% dalam tujuh hari terakhir | Sumber: CoinMarketCap

Sejak itu, Bitcoin pulih tipis dan diperdagangkan di US$101.380 pada waktu publikasi, menurut CoinMarketCap.

Sejumlah analis di XWIN Research Japan mengatakan pada Kamis bahwa Market Value to Realized Value (MVRV) ratio milik Bitcoin, indikator yang mengukur apakah sebuah aset berada di area overvalued, telah turun ke level yang secara historis menandai local bottom.

Dalam laporan pasar pada Rabu, Glassnode mengungkap bahwa salah satu metrik kunci Bitcoin menunjukkan bahwa aksi turun terbaru ini mungkin hanyalah koreksi normal di dalam siklus yang sedang berlangsung.

“Berguna untuk menilai Relative Unrealized Loss, yang mengukur total unrealized loss dalam USD relatif terhadap kapitalisasi pasar,” ujar Glassnode.

Baca Juga: 7 Kesalahan yang Wajib Dihindari Ketika Trading Crypto Futures

Pasar Bitcoin Serupai Pola Koreksi Pertengahan Siklus di Masa Lalu

“Berbeda dengan bear market 2022–2023, ketika kerugian mencapai level ekstrem, angka saat ini di 3,1% hanya mencerminkan tekanan moderat, sebanding dengan koreksi pertengahan siklus pada Q3–Q4 2024 dan Q2 2025, yang semuanya tetap berada di bawah ambang 5%,” ujar Glassnode.

“Selama unrealized loss bertahan dalam rentang ini, pasar dapat diklasifikasikan sebagai fase bear ringan yang ditandai dengan revaluasi yang tertata, alih-alih kepanikan.”

Hal ini muncul hanya beberapa hari setelah Vineet Budki, CEO firma ventura Sigma Capital, mengatakan kepada Cointelegraph bahwa BTC mungkin mengalami koreksi sebesar 65% hingga 70% dalam dua tahun ke depan.

Baca Juga: Bear Market Bitcoin ‘Terkonfirmasi’: Trader Wajib Pantau Level Harga BTC Berikut

Sementara sejumlah analis masih memperdebatkan arah jangka pendek Bitcoin, yang lain justru merevisi proyeksi jangka panjang mereka.

Pada Kamis, Cathie Wood dari ARK Invest memangkas prediksi harga Bitcoin jangka panjang sebesar US$300.000, memperingatkan bahwa stablecoin semakin mengikis peran Bitcoin sebagai store of value di pasar negara berkembang.

Sebelumnya, Wood memproyeksikan harga puncak BTC sebesar US$1,5 juta pada 2030.

Baca Juga: Benarkah Bull Run Bitcoin Belum Dimulai? Ini Jawaban Samson Mow Jan3