Harga Bitcoin (BTC) yang terus melambung membuatnya semakin sulit dijangkau oleh investor ritel, memunculkan kekhawatiran apakah bull market saat ini masih bisa mempertahankan momentumnya di luar siklus empat tahunan tradisional.

Menurut laporan dari perusahaan riset pasar kripto 10x Research, Bitcoin (BTC) kini “terlalu mahal untuk pembelian ritel secara berkelanjutan”, sebuah kondisi yang berpotensi mengancam perpanjangan siklus bull market saat ini.

Kendati banyak pihak menyerukan perpanjangan siklus pasar kripto, 10x Research menilai bahwa mengacu pada empat siklus pasar Bitcoin sebelumnya adalah langkah yang “sangat diragukan”.

“Bitcoin kini mengalami fenomena penurunan tingkat imbal hasil,” tulis perusahaan riset itu dalam laporan Selasa (28/10), lalu menimpali bahwa:

“Walau banyak pihak melihatnya sebagai tanda kematangan pasar, hal ini justru memunculkan pertanyaan yang lebih mendalam tentang keabsahan teori siklus Bitcoin yang selama ini diyakini.”

10x Research juga menyoroti bahwa Bitcoin, sebagai aset yang baru berusia 16 tahun, masih terlalu muda untuk dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan statistik yang solid atau pasti dari data historis yang terbatas tersebut.

Sumber: 10xresearch.com

Baca Juga: 3 Pakar Beberkan Analisis dan Prediksi Harga Ethereum (ETH) untuk Siklus Ini

Bitcoin Berpotensi Sentuh US$125.000 di Puncak Siklus; Model Stock-to-Flow Prediksi US$1 Juta

Kendati sejumlah model prediksi harga, termasuk model stock-to-flow (S2F) yang populer dan kerap disebut sebagai acuan untuk lonjakan Bitcoin ke US$1 juta, metodologi riset dari 10x Research justru memperkirakan puncak siklus harga (cycle top) yang jauh lebih konservatif, yakni di kisaran US$125.000 pada akhir tahun ini.

Sebagai informasi, perusahaan riset tersebut menggunakan metodologi serupa yang sebelumnya terbukti akurat dalam memprediksi titik terendah bear market pada Oktober 2022.

Baca Juga: Uptober Terburuk dalam Sejarah? Harga Bitcoin Berisiko Catat Oktober 'Merah' Perdana

Hanya saja, target harga dari 10x ini terbilang lebih moderat dibanding proyeksi sejumlah pelaku industri lainnya.

Geoff Kendrick, Kepala Riset Aset Digital Global di Standard Chartered, memprediksi harga Bitcoin bisa mencapai US$200.000 pada akhir tahun 2025. Menurutnya, peristiwa likuidasi senilai US$19 miliar baru-baru ini justru bisa menjadi peluang beli (buying opportunity) bagi investor. Hal ini diungkapkan Kendrick kepada Cointelegraph dalam ajang European Blockchain Convention 2025 di Barcelona.

Dalam wawancara lain pada Februari lalu, Kendrick bahkan meramal Bitcoin berpotensi menembus US$500.000 saat masa jabatan kedua Donald Trump berakhir pada 2028, menurut laporan Cointelegraph.

Sementara itu, para trader berkapasitas besar yang dikategorikan sebagai “smart money” di platform analitik blockchain Nansen juga nampak terus menggenjot eksposur terhadap Bitcoin.

Kepemilikan Smart Money Trader | Sumber: Nansen

Menurut data Nansen, Binance-native Bitcoin (BTCB) tercatat sebagai token ke-11 yang paling banyak dimiliki oleh smart money trader per Selasa, berada tepat di bawah sejumlah meme coin spekulatif seperti Pump.fun (PUMP) dan Pepe (PEPE).

Baca Juga: Analis Wanti-wanti Investor Waspada Pakai Model Stock-to-Flow Bitcoin