Lebih dari 40% Gen Z dan Milenial Australia mengaku menyesal karena tidak berinvestasi di aset crypto satu dekade yang lalu, menurut survei terbaru dari broker kripto Australia, Swyftx. Temuan ini menempatkan crypto sebagai salah satu ‘peluang terlewat’ terbesar dalam 10 tahun terakhir.

Survei yang dilakukan YouGov dan dirilis pada Kamis (23/10) terhadap 3.009 responden ini menemukan bahwa hampir separuh responden berusia di bawah 35 tahun menyesali keputusan mereka karena “melewatkan kesempatan di crypto”.

Adapun penyesalan terbesar berikutnya datang dari tidak membeli properti serta saham perusahaan teknologi raksasa seperti Apple dan Amazon.

Swyftx menerangkan bahwa rasa FOMO ini kemungkinan terpicu oleh meningkatnya tren pembelian Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) oleh kalangan perusahaan, lembaga keuangan besar, serta dana pensiun di Amerika Serikat.

Survei atas 3.009 responden ungkap 40% anak muda menyesal tak beli kripto 10 tahun lalu | Sumber: Swyftx

Pada 2015 silam, harga Bitcoin masih berkisar US$172 - US$465 di penghujung bear market. Dan sekarang, nilainya sudah melesat lebih dari 23.000% dan diperdagangkan di kisaran US$107.505 per Kamis (23/10).

Crypto Dipandang Sebagai Jalan Keluar dari Krisis Properti

Seorang juru bicara Swyftx menuturkan kepada Cointelegraph bahwa banyak anak muda merasa tertinggal dari pasar properti dan percaya aset crypto bisa menjadi alternatif untuk mewujudkan impian untuk memiliki rumah.

Menurut Australian Property Investor Magazine, Australia kini menjadi negara dengan pasar properti termahal ke-6 di dunia, berada di bawah Swiss, Korea Selatan, Luksemburg, Austria, dan Norwegia.

“Krisis keterjangkauan properti dalam skala seperti ini tidak pernah dialami generasi sebelumnya, dan crypto dipandang sebagai peluang untuk bisa melangkah lebih maju,” ucap juru bicara tersebut.

Ia menambahkan, “Banyak investor muda mencari aset dengan beta tinggi untuk dimasukkan ke portofolio mereka, dan data kami mengungkap bahwa mereka memahami kelas aset ini dengan cukup baik.”

Secara keseluruhan, 80% warga Australia di bawah usia 50 tahun mengaku menyesali keputusan investasi yang mereka buat selama satu dekade terakhir.

Investor Muda Hijrah dari Saham ke Crypto

Perbedaan antara jumlah investor muda yang berencana membeli saham dengan yang berencana membeli aset crypto kini menyempit hingga setengahnya dibanding tahun 2022.

CEO Swyftx, Jason Titman, menyebut bahwa data ini membeberkan bahwa dalam dua tahun ke depan, investor ritel muda di Australia akan memiliki peluang yang sama besar untuk membeli Bitcoin maupun saham tradisional. Namun, momentum ini akan sangat bergantung pada kejelasan regulasi dan juga perlindungan investor.

“Regulasi di Australia dan pasar global lain akan menjadi kunci yang membuka ‘ledakan besar investasi,’” tutur juru bicara Swyftx.

Hijrah minat ke crypto bergantung pada kepastian regulasi | Sumber: Swyftx

“Data kami menguak konsistensi yang kuat, jutaan investor baru siap masuk ke pasar begitu regulasi ditegakkan,” ujar juru bicara tersebut.

“Kita sudah melihat efek domino dari kepastian regulasi di AS, di mana bank besar seperti Morgan Stanley mulai berpartisipasi,” imbuhnya.

Baca Juga: Cara Deteksi Bull Trap & Bear Trap di Pasar Crypto Lebih Dini

Sebagai informasi, pada Maret lalu, pemerintah Australia yang dipimpin oleh Partai Buruh mengajukan kerangka regulasi baru untuk mengawasi crypto exchange di bawah hukum layanan keuangan yang sudah ada.

Gen Z Gunakan Crypto untuk Tambahan Penghasilan

Generasi Z (yang lahir antara 1996-2010, berusia 15 hingga 29 tahun) juga kabarnya memanfaatkan aset kripto sebagai sumber tambahan pendapatan.

Kelompok ini mencatatkan rata-rata keuntungan sebesar US$9.958 di antara 82% investor yang melaporkan profit.

Secara total, 78% pengguna kripto di Australia mengaku meraih cuan dari aktivitas perdagangan dalam 12 bulan terakhir, seiring dengan lonjakan harga aset digital ke rekor tertinggi baru.

“Klien Gen Z kami memiliki horizon investasi jangka panjang, dan dari pengalaman kami, mereka tidak terlalu khawatir dengan volatilitas tahunan Bitcoin maupun aset crypto lainnya,” ujar juru bicara Swyftx.

Baca Juga: Google Umumkan Terobosan 'Quantum Advantage', 13.000x Lebih Kilat dari Superkomputer Tercanggih