Cointelegraph
Zummia FakhrianiZummia Fakhriani

Gandeng PMI, Binance Salurkan Bantuan Rp4 Miliar untuk Korban Banjir & Longsor Sumatra

Merespons dampak katastrofik banjir dan longsor di Sumatra, Binance Charity salurkan bantuan senilai US$245.000 (Rp4 miliar) lewat kolaborasi dengan PMI serta distribusi airdrop BNB langsung kepada korban terdampak.

Gandeng PMI, Binance Salurkan Bantuan Rp4 Miliar untuk Korban Banjir & Longsor Sumatra
Berita

Ringkasan:

  • Binance Charity alokasikan US$245.000 (setara sekitar Rp4 miliar) guna dukung korban bencana ekologis di Aceh, Sumatera Barat, serta Sumatera Utara.

  • Distribusi dilakukan lewat dua kanal utama: kemitraan dengan Palang Merah Indonesia (PMI) serta airdrop langsung aset kripto BNB ke wallet pengguna yang terdampak.

  • Data terkini BNPB per 17 Desember 2025 mencatat 1.059 korban meninggal dunia, 192 jiwa masih hilang, serta 577.600 warga terpaksa mengungsi.

Binance Charity mengumumkan komitmen kemanusiaan bernilai US$245.000 untuk meringankan penderitaan komunitas yang terdampak banjir bandang serta tanah longsor dahsyat di kawasan Sumatra. Inisiatif ini secara khusus menargetkan tiga provinsi yang paling parah dilanda bencana sejak akhir November 2025, yaitu Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Dari jumlah tersebut, US$170.000 dialirkan melalui aliansi strategis dengan Palang Merah Indonesia (PMI) demi menyediakan suplai kebutuhan primer serta logistik darurat bagi para pengungsi. Sisanya, senilai US$75.000, didistribusikan secara langsung kepada pengguna Binance yang menjadi korban melalui mekanisme airdrop aset kripto BNB.

Langkah inovatif ini memperkuat posisi Binance Charity dalam ranah filantropi global, dengan mengintegrasikan pendekatan konvensional dan teknologi blockchain untuk menyalurkan bantuan secara cepat, transparan, serta efisien.

Magnitudo Devastasi Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Sumatra

Curah hujan ekstrem yang mengguyur sejak 28 November 2025 telah memicu bencana hidrometeorologi masif di puluhan kabupaten dan kota. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 17 Desember 2025, angka korban terus merangkak naik.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, melaporkan bahwa hingga pertengahan Desember, tercatat 1.059 jiwa meninggal dunia serta 192 orang masih dalam status pencarian. Jumlah pengungsi mencapai 577.600 orang, meski sedikit berkurang dari puncak sebelumnya sebanyak 606.040 jiwa.

Distribusi korban meninggal dunia per provinsi adalah sebagai berikut:

  • Aceh: 451 jiwa

  • Sumatera Utara: 364 jiwa

  • Sumatera Barat: 244 jiwa

Kerusakan infrastruktur bersifat katastrofik, meliputi 186.488 unit rumah penduduk, 1.600 fasilitas publik, 219 unit layanan kesehatan, 967 institusi pendidikan, serta 145 jembatan yang rusak berat atau terputus total.

Baca Juga: Pro-Crypto sejak 2017, Tom Lembong: Bitcoin Adalah “The Only Real Crypto”

Airdrop BNB Akan Dikucurkan pada 23 Desember

Sebagai tanggap darurat yang responsif, Binance Charity menetapkan jadwal airdrop BNB bagi pengguna yang bermukim di zona terdampak paling kritis. Skema ini dirancang untuk meminimalkan hambatan birokratis serta mempercepat akses dana, khususnya bagi korban dengan keterbatasan akses ke sistem perbankan konvensional pasca-bencana.

Pengguna di Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat tidak diwajibkan mengajukan permohonan. Bantuan akan otomatis dikreditkan ke Spot Wallet bagi mereka yang telah menyelesaikan verifikasi identitas (KYC) lengkap dengan bukti alamat sebelum 3 Desember 2025. Penyaluran dijadwalkan tuntas paling lambat pada 23 Desember 2025.

Sinergi dengan PMI untuk Distribusi Logistik Darurat

Di luar kanal digital, kolaborasi intensif dengan PMI difokuskan pada optimalisasi penyaluran bantuan fisik. Dana tersebut akan dikonversi menjadi paket pangan, kebutuhan esensial, serta dukungan hunian sementara bagi keluarga yang kehilangan tempat berteduh.

SB Seker, Head of APAC Binance, menyampaikan empati mendalam atas tragedi ini.

“Melalui aliansi dengan Palang Merah Indonesia, kami berupaya mendistribusikan bantuan secara cepat dan transparan kepada pihak yang paling membutuhkan. Prioritas kami senantiasa mendukung Indonesia dan rakyatnya, baik melalui entitas berizin lokal maupun melalui infrastruktur ekosistem kami,” ujarnya.

Ungkapan apresiasi serupa disampaikan Wakil Ketua PMI, Nanan Soekarna. “Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Binance atas donasi yang signifikan ini untuk mendukung penanganan korban banjir serta longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Kontribusi ini amat berharga dalam memenuhi kebutuhan mendesak serta mempercepat pemulihan masyarakat terdampak,” tuturnya.

Baca Juga: Revisi UU P2SK Berisiko 'Mencekik' Industri Kripto Indonesia, Kenapa?

Tantangan Rekonstruksi dan Faktor Penyebab Ekologis

Di tengah operasi pencarian korban hilang yang masih berlangsung intensif, otoritas mulai membedah akar masalah bencana ekologis ini. Selain ditengarai oleh cuaca ekstrem berupa curah hujan tinggi serta angin siklon tropis, bencana ini juga dipicu oleh deforestasi masif serta penebangan pohon secara sistematis untuk dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, yang merusak daerah tangkapan air serta daerah aliran sungai (DAS).

Kementerian Kehutanan sedang menyelidiki dugaan keterlibatan sekitar 12 subjek hukum korporasi di Sumatera Utara yang berkontribusi terhadap kerusakan ekosistem tersebut. Beberapa entitas yang disebut-sebut dalam investigasi awal serta laporan organisasi lingkungan mencakup PT Toba Pulp Lestari (TPL), PT Sago Nauli, serta proyek PLTA Batang Toru (PT NSHE), meski identitas lengkap masih dalam proses verifikasi hukum.

Laporan WALHI menyebutkan bahwa deforestasi seluas 1,4 juta hektare di tiga provinsi terdampak periode 2016–2025 melibatkan ratusan perusahaan pemegang izin sawit, tambang, serta kehutanan.

Kejaksaan Agung bersama Satgas Penertiban Kawasan Hutan terus mendalami indikasi keterlibatan puluhan korporasi dalam perusakan DAS, pembukaan lahan ilegal, serta pembalakan liar. BNPB menegaskan bahwa rekonstruksi pasca-bencana tidak cukup dengan respons darurat semata; diperlukan rehabilitasi jangka panjang yang mencakup pembangunan hunian tetap, restorasi infrastruktur, serta penegakan hukum lingkungan yang imparsial dan tegas.

Baca Juga: Analis Kondang 'Sentil' Dunia Keuangan: “Kita Menilai Bitcoin dengan Uang Palsu”

Respons tanggap darurat Binance Charity di Indonesia ini melanjutkan jejak panjang organisasi dalam mendukung aksi kemanusiaan di berbagai benua, termasuk Asia, Amerika Latin, serta Eropa. Dengan memaduserasikan teknologi kripto, kemitraan tepercaya, serta prinsip transparansi mutlak, Binance Charity berkomitmen hadir pada saat masyarakat paling rentan, sekaligus turut membangun fondasi kehidupan yang lebih resilien dan berkelanjutan pasca-bencana.

Artikel ini tidak mengandung nasihat atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan melibatkan risiko, dan pembaca harus melakukan riset mereka sendiri saat membuat keputusan. Sementara kami berupaya menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu, Cointelegraph tidak menjamin keakuratan, kelengkapan, atau keandalan informasi apa pun dalam artikel ini. Artikel ini dapat berisi pernyataan berwawasan ke depan yang tunduk pada risiko dan ketidakpastian. Cointelegraph tidak akan bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang timbul dari ketergantungan Anda pada informasi ini.