Dalam cuitan terbarunya di X pada 7 Oktober 2025, Rajat Soni menegaskan bahwa “Bitcoin grows as a result of chaos in the fiat system.” Menurutnya, sistem keuangan berbasis fiat yang selama ini menopang perekonomian dunia justru menjadi sumber utama ketidakstabilan.
“Chaos berarti ketidakpastian dan ketidakstabilan. Kebanyakan orang tidak menyukainya — mereka menginginkan jaminan,” tulis Soni. “Namun satu-satunya hal yang dijamin oleh sistem fiat adalah ketidakpastian dan ketidakstabilan.”
Soni menyoroti kontras antara Bitcoin (BTC) dengan sistem fiat yang sarat akan risiko inflasi dan juga intervensi pemerintah. Ia menggarisbawahi bahwa pasokan Bitcoin yang dibatasi maksimal 21 juta keping memberi kepastian proporsi kepemilikan bagi setiap holder.
“Tidak akan pernah ada lebih dari 21 juta Bitcoin, artinya Anda bisa yakin bahwa persentase total pasokan yang Anda miliki akan tetap stabil,” lanjutnya. “Bitcoin adalah aset paling stabil di dunia — tetapi kita justru menilainya dalam mata uang fiat, yang sebenarnya adalah uang palsu.”
Ia menimpali, volatilitas Bitcoin sering kali hanya terlihat besar karena pembandingnya adalah mata uang fiat yang nilainya terus berfluktuasi imbas kebijakan moneter dan pencetakan uang.
Baca Juga: Apakah Sudah Terlambat Masuk Kripto Sekarang? Ini Kata Eksekutif Pantera
Perbandingan Nilai: Fiat vs Bitcoin
Soni juga menyoroti ketimpangan nilai antara sistem fiat global dan jaringan Bitcoin. Saat ini, tuturnya, sistem keuangan fiat bernilai sekitar US$1 kuadriliun (setara 1.000 triliun dolar), sementara kapitalisasi pasar Bitcoin baru menyentuh US$2,5 triliun — hanya sekitar 0,25% dari nilai sistem fiat.
“Mayoritas orang menginginkan stabilitas, bukan kekacauan. Itulah sebabnya saya percaya bahwa pada akhirnya, sebagian besar orang akan mengadopsi Bitcoin — tinggal soal waktu,” tegasnya.
Cuitan Soni tersebut tak pelak memantik diskusi luas di kalangan komunitas kripto, banyak yang setuju bahwa ketidakstabilan ekonomi global dan inflasi yang tak terkendali semakin memperkuat narasi Bitcoin sebagai store of value (penyimpan nilai) jangka panjang.
Baca Juga: VanEck: Bitcoin Akan Raih 1/2 Market Cap Emas di 2028, 'Setara' Harga US$644.000?
Komunitas: “Fiat Akan Gagal, Bitcoin Bertahan”
Merespons pernyataan Soni, akun Philosopher 101 menulis balasan yang memperkuat pandangan tersebut. “Mata uang fiat kehilangan nilainya seiring waktu — secara diam-diam, konsisten, dan tak terhindarkan. Inflasi menggerus daya beli, dan bank sentral mencetak uang sesuka hati,” tulisnya.
Ia berujar, “Bitcoin, di sisi lain, dibangun untuk stabilitas dalam sistem yang tidak stabil. Ia terdesentralisasi, langka, dan transparan. Tidak ada pemerintah yang bisa mencetak lebih banyak atau memanipulasinya demi kepentingan politik.”
Pesannya sederhana namun kuat: “Ketika fiat gagal, Bitcoin tetap tegak. Lindungi masa depanmu — beli Bitcoin, simpan, dan pahami alasannya.”
Baik Soni maupun para pendukung Bitcoin lainnya nampak sepakat bahwa ketidakpastian global justru menjadi katalis utama bagi adopsi Bitcoin. Di saat masyarakat dunia haus akan kestabilan nilai dan kejelasan arah ekonomi, Bitcoin muncul sebagai simbol kepastian di tengah kekacauan.
Baca Juga: Meme Coin BNB Chain Cetak Banyak Jutawan Baru, Meme Season Telah Tiba?