Avalanche mulai menanjak sebagai blockchain pilihan bagi pemerintah dan investor institusional, meskipun native token-nya masih tertinggal jauh dari level all-time high.

Sepanjang kuartal terakhir, Stable Token Commission Wyoming meluncurkan stablecoin pemerintah pertama bernama Frontier Stable Token (FRNT) di jaringan Avalanche dan enam blockchain publik lainnya. Gebrakan ini menandai meningkatnya adopsi jaringan blockchain oleh sektor pemerintahan.

Menurut laporan Cointelegraph pada Agustus, FRNT diterbitkan sebagai stablecoin fully collateralized, didukung oleh dolar AS dan surat utang pemerintah AS berjangka pendek (short-duration US Treasury bills), dengan persyaratan cadangan wajib sebesar 102%.

Tak hanya itu, Avalanche juga berhasil mendatangkan pemain dari sektor keuangan tradisional (TradFi). SkyBridge Capital, perusahaan investasi yang dipimpin oleh Anthony Scaramucci, berkomitmen untuk menokenisasi modal hedge fund senilai US$300 juta di jaringan tersebut.

Firma analitik kripto Nansen menggambarkan tren ini sebagai upaya yang “secara perlahan mengubah TradFi dan teknologi pemerintahan menjadi realitas on-chain,” seraya menambahkan, “DeFi kini resmi memasuki ranah institusional”.

Sumber: Nansen

Baca Juga: Bitcoin Bukan Lagi Inflation Hedge, tapi Barometer Likuiditas: Apa Artinya?

Belum lagi, pada akhir kuartal ketiga (Q3), Avalanche sukses menjadi blockchain terbesar ketiga berdasarkan nilai US Treasury yang ditokenisasi secara on-chain, dengan total mencapai US$638 juta, menurut data dari RWA.xyz. Posisi tersebut menempatkannya di bawah BNB Chain dan Ethereum.

Adapun tokenisasi US Treasury dilakukan guna mengoptimalkan aksesibilitas investor dan memperluas peluang trading. Aset-aset tersebut merupakan bagian dari sektor tokenisasi real-world asset (RWA) yang tengah tumbuh pesat.

Blockchain dengan nilai tokenisasi US Treasury terbesar | Sumber: RWA.xyz

Baca Juga: Token MegaETH (MEGA) Oversubscribed Rp7,48 Triliun, Bagaimana Prospeknya?

Token AVAX Tumbang 86% dari All-Time High meski Adopsi Jaringan Terus Naik

Data on-chain menunjukkan aktivitas pengguna di jaringan Avalanche tetap tinggi, dengan rata-rata lebih dari 1 juta transaksi harian dan mencapai puncak 51,6 juta transaksi per hari selama kuartal terakhir, menurut laporan Nansen.

Sumber: Nansen

Hanya saja, ledakan penggunaan jaringan tersebut rupanya belum berdampak signifikan pada harga token utilitas native-nya, AVAX, yang masih anjlok 86% dari all-time high US$146 yang digapai empat tahun lalu, tepatnya 21 November 2021.

Pada waktu publikasi, Avalanche parkir di level US$19,66. Dengan kata lain, masih minus 33% dalam sebulan terakhir. Ini sejalan dengan pasar kripto yang terpukul oleh peristiwa likuidasi brutal senilai US$19 miliar di awal Oktober. Menyusul pengumuman ancaman tarif impor 100% atas barang-barang asal Cina oleh Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga: Aksi Harga ‘Ping-Pong’ Bitcoin Bakal Lanjut sampai FOMC & Deal Dagang AS–Cina Tuntas