Token KDA dari Kadena mulai dihapus (delisting) dari sejumlah crypto exchange papan atas setelah tim pendirinya mengumumkan bahwa perusahaan di balik jaringan blockchain tersebut akan menyetop seluruh operasional lantaran kondisi pasar yang tak mendukung.

Pada Rabu (22/10), Bybit dan OKX menjadi dua exchange perdana yang mengonfirmasi langkah delisting atas Kadena, hanya sehari setelah pengumuman resmi penutupan jaringan.

OKX sendiri telah menangguhkan deposit untuk token KDA dan akan menghentikan spot trading pada 26 Oktober, sebelum menghapus seluruh pasangan trading-nya pada 29 Oktober. Penarikan KDA dari exchange akan ditutup pada 22 Januari 2026. Sementara itu, Bybit telah menyetop seluruh layanan lending dan borrowing untuk KDA, serta akan mengakhiri kontrak perpetual terhitung mulai 24 Oktober.

Kadena Setop Operasional, Harga KDA Runtuh

Pengumuman mengejutkan datang dari akun resmi Kadena di X pada Selasa (21/10), yang menyatakan mereka “tidak lagi dapat melanjutkan kegiatan bisnis dan akan menghentikan seluruh aktivitas serta pemeliharaan jaringan blockchain Kadena secara permanen”.

“Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Sayangnya, karena kondisi pasar, kami tidak dapat lagi mendukung adopsi dari penawaran desentralisasi unik ini,” tulis Kadena dalam pernyataannya.

Tak lama setelah pengumuman itu, harga KDA ambruk lebih dari 65% dalam sehari, menyentuh US$0,072. Token tersebut kini telah tergerus 99,7% dari nilai puncaknya di US$27,64 pada November 2021, menurut data CoinGecko.

Blockchain Tetap Aktif Secara Independen

Kendati perusahaan di baliknya telah resmi ditutup, tim Kadena menggarisbawahi bahwa blockchain Kadena akan tetap beroperasi secara independen karena bersifat decentralized dan menggunakan mekanisme proof-of-work (PoW), serupa dengan Bitcoin.

Dalam pernyataannya, Kadena menjelaskan bahwa jaringan ini “tidak dimiliki ataupun dioperasikan oleh perusahaan”, melainkan dikelola oleh para miner independen dan pengelola smart contract di dalam ekosistemnya.

Guna memastikan keberlangsungan jaringan, Kadena berencana merilis binary baru yang akan menjaga operasional tetap berjalan tanpa keterlibatan langsung dari tim inti.

Baca Juga: Pro-Crypto sejak 2017, Tom Lembong: Bitcoin Adalah “The Only Real Crypto”

Tantangan & Kejatuhan “Blockchain for Business

Didirikan pada tahun 2016 silam oleh dua mantan eksekutif JPMorgan, Stuart Popejoy dan Will Martino, Kadena sempat menempatkan dirinya sebagai “blockchain for business”, dengan janji menggabungkan skalabilitas proof-of-work dan efisiensi smart contract.

Popejoy sebelumnya memimpin Blockchain Center of Excellence milik JPMorgan, sementara Martino menjabat sebagai tech lead untuk Cryptocurrency Steering Committee di SEC sebelum hijrah total ke proyek Kadena.

Namun, seiring meroketnya dominasi jaringan besar seperti Ethereum dan Solana, Kadena gagal mempertahankan basis pengguna maupun profitabilitasnya. Nilai pasar token KDA yang sempat menyentuh US$4 miliar pada akhir 2021 kini merosot drastis menjadi hanya sekitar US$30,9 juta.

Penutupan ini menyoroti betapa sulitnya bagi blockchain kecil untuk membangun komunitas pengguna yang berkelanjutan dan meraih profit di tengah persaingan yang begitu ketat, sebagaimana yang diberitakan Cointelegraph.

Baca Juga: 3 Pakar Beberkan Analisis dan Prediksi Harga Ethereum (ETH) untuk Siklus Ini

Distribusi Token & Langkah Selanjutnya

Meski operasionalnya disetop, Kadena menyatakan akan tetap mempertahankan tim kecil untuk menangani proses likuidasi dan transisi jaringan. Tim tersebut juga akan berkonsultasi dengan komunitas terkait distribusi 83,7 juta token KDA yang dijadwalkan akan dirilis pada November 2029.

Selain itu, sekitar 566 juta token KDA masih akan terus didistribusikan sebagai reward mining hingga tahun 2139.

Dikarenakan sederet exchange ternama mulai melakukan delisting, nasib KDA kini berada di tangan komunitas dan validator independen yang masih mempertahankan jaringan. Sementara itu, banyak analis melihat keruntuhan Kadena sebagai peringatan bagi proyek layer-1 (L1) lain; bahwa sesungguhnya, desentralisasi saja tidak cukup tanpa ekosistem yang aktif dan keberlanjutan finansial yang solid.

Baca Juga: Bursa Kripto Baru Siap Jadi Rival CFX, Digawangi Haji Isam & Suami Puan Maharani