Cointelegraph
Yashu GolaYashu Gola

Pasca Crash 35%, 3 Sinyal Ini Beber Bitcoin Sedang Ukir "Market Bottom"

Intensitas jual Bitcoin perlahan menyurut seiring stabilisasi momentum, kapitulasi miner, dan iklim likuiditas yang berbalik kondusif.

Pasca Crash 35%, 3 Sinyal Ini Beber Bitcoin Sedang Ukir "Market Bottom"
Analisis Pasar

Bitcoin (BTC) berpeluang memahat titik dasar lokal (local bottom) pasca tergerus lebih dari 35% dari puncak historisnya di kisaran US$126.200 dua bulan silam, merujuk pada konvergensi indikator teknikal dan on-chain.

Ringkasan:

  • Momentum, kapitulasi miner, dan indikator likuiditas indikasikan surutnya tekanan jual.

  • Likuiditas makro memberi sinyal bahwa pemulihan BTC dapat bermula dalam kurun 4–6 minggu mendatang.

Penjual Bitcoin di Ambang Keletihan

Per Desember, Stochastic RSI mingguan Bitcoin telah memantul naik dari zona jenuh jual (oversold). Ini adalah konfigurasi yang secara historis kerap muncul di ambang titik infleksi krusial sebelum harga mengalami rebound, sebagaimana digarisbawahi oleh trader Jesse dalam grafik berikut.

Grafik BTC/USD mingguan | Sumber: TradingView/Jelle

Persilangan bullish serupa muncul pada awal 2019 (setelah BTC menyentuh titik bottom di sekitar US$3.200), Maret 2020 (dasar crash COVID di dekat US$3.800), serta akhir 2022 (sekitar US$15.500). Dalam tiap episode tersebut, momentum berbalik arah lebih dulu, sementara harga tertinggal di belakang (lagging).

Mendukung sinyal tersebut, grafik tiga harian Bitcoin kini melukiskan divergensi bullish, di mana harga mencetak lembah yang lebih rendah (lower low), namun momentum tidak mengekor (justru menguat).

Grafik BTC/USD tiga hari | Sumber: TradingView/Jelle

Pola ini juga hadir mendahului bottom koreksi pertengahan 2021 dan bottom akibat crash FTX pada 2022, yang keduanya menjadi pendahulu bagi pemulihan harga selama beberapa bulan.

Sinyal-sinyal ini menyiratkan bahwa tekanan jual di pasar Bitcoin berpotensi mendekati titik nadir, sebuah kondisi yang lebih tipikal bagi fase pembentukan dasar pasar (market bottom) ketimbang sekadar reli semu.

Kapitulasi Miner Konfirmasi Market Bottom Telah Terbentuk

Hashrate Bitcoin menyusut 4% dalam periode sebulan hingga 15 Desember, sebuah fenomena yang oleh analis VanEck, Matt Sigel dan Patrick Bush, dianggap sebagai “sinyal kontrarian bullish” yang bertaut dengan kapitulasi miner.

Periode pemampatan hashrate yang berkepanjangan secara historis kerap mendahului imbal hasil Bitcoin yang lebih melimpah. Mereka mengelaborasi bahwa sejak 2014, BTC membukukan imbal hasil (return) 90 hari positif sebanyak 65% pasca penyusutan hashrate 30 hari.

Rata-rata hashrate Bitcoin vs harga | Sumber: Glassnode

Sinyal tersebut kian presisi dalam horizon yang lebih panjang, dengan imbal hasil 180 hari positif sebanyak 77% dan rata-rata apresiasi 72%.

Baca Juga: Prediksi Bearish Bitcoin: Analis Luke Gromen Pasang Target BTC di US$40.000

Apresiasi harga nantinya juga berpotensi memulihkan profitabilitas miner dan membangkitkan kembali kapasitas mining yang sempat terparkir.

Indikator Makro Isyaratkan Reli Bitcoin dalam 4–6 Pekan

Bitcoin boleh jadi tengah meraba dasar pasar seiring membaiknya kondisi likuiditas, sebuah variabel yang secara historis kerap memantik pembalikan (reversal) tren masif pada BTC.

Uji balik (backtest) analis Miad Kasravi terhadap 105 indikator menyingkap bahwa puncak National Financial Conditions Index (NFCI) kerap menjadi indikator pendahulu bagi reli Bitcoin dengan jeda empat hingga enam pekan.

Chicago Fed National Financial Conditions Index | Sumber: FRED

Sinyal ini bermanifestasi pada akhir 2022 dan pertengahan 2024, yang keduanya terjadi sebelum reli monumental. Secara historis, setiap defisit 0,10 poin pada NFCI berkorelasi linear dengan potensi kenaikan Bitcoin sekitar 15%–20%, di mana angka NFCI yang lebih dalam menandai fase uptrend (tren naik) BTC yang berkepanjangan.

Indeks NFCI vs harga Bitcoin | Sumber: X

Per Desember, NFCI bertengger di level -0,52 dan terus bergerak melandai.

Indeks NFCI vs harga Bitcoin | Sumber: X

Baca Juga: Bukan Asal Buy the Dip & DCA, Begini Strategi Trading Berharga ala Trader Pro

Salah satu katalis potensial adalah manuver Federal Reserve untuk merotasi sekuritas beragun hipotek (MBS) ke Treasury bills, langkah yang oleh Kasravi dianalogikan dengan injeksi likuiditas “not-QE” pada 2019 yang kala itu mendahului reli Bitcoin sebesar 40%.

Kendati demikian, banyak pengamat pasar masih memproyeksikan harga Bitcoin dapat terdepresiasi lebih lanjut, dengan target harga yang bervariasi mulai dari US$70.000 hingga US$25.000.

Artikel ini tidak berisi nasihat atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan melibatkan risiko, dan pembaca harus melakukan riset mereka sendiri saat membuat keputusan. Meskipun kami berupaya menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu, Cointelegraph tidak menjamin keakuratan, kelengkapan, atau keandalan informasi apa pun dalam artikel ini. Artikel ini dapat berisi pernyataan yang berwawasan ke depan yang tunduk pada risiko dan ketidakpastian. Cointelegraph tidak akan bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang timbul dari ketergantungan Anda pada informasi ini.