Bitcoin (BTC) memasuki hitung mundur menuju Natal di sebuah persimpangan krusial, di mana bull dan bear terkunci dalam perebutan kendali.
Target harga Bitcoin di akhir tahun kian menyimpang, seiring menjulangnya frustrasi pasar akibat absennya breakout.
Jepang memicu kegelisahan pasar lewat lonjakan imbal hasil obligasi ke level tertinggi, sementara emas dan perak menembus all-time high.
Bitcoin tidak lagi berada dalam fase price discovery, dan indikator Bull-Bear Market Cycle jatuh ke level terendah dalam beberapa tahun.
Coinbase Premium kembali berada di zona negatif, sinyal bahwa tekanan jual dari pasar AS masih kuat.
Taruhan berbasis sentimen justru memunculkan seruan akan pergerakan pasar yang bersifat kontrarian ke arah atas.
Taruhan Breakout Akhir Tahun Bitcoin Kian Terbelah
Setelah sempat goyah pada penutupan mingguan, Bitcoin mendapat sedikit ruang bernapas ketika para bull berupaya mengerej harga kembali ke area US$90.000.
Data dari Cointelegraph Markets dan TradingView menunjukkan pasangan BTC/USD bergerak di sekitar level tertinggi beberapa hari terakhir pada hari Senin.

Para trader kini semakin terpolarisasi alias terpecah dalam memandang arah pasar. Sebagian memperingatkan potensi kembalinya harga ke level terendah tahunan, sementara yang lain masih mengantisipasi kebangkitan penuh ala bull market.
Dalam analisis terbarunya di X, trader CrypNuevo menilai kedua skenario tersebut sama-sama mungkin terjadi.
Ia berpendapat para penjual telah menghabiskan sebagian besar modal mereka dalam dua bulan terakhir, sejak Bitcoin mencetak rekor all-time high (ATH) terbarunya di US$126.000.
“Saya percaya saat ini mungkin tidak banyak lagi yang tersisa untuk dijual. Jadi skenario bearish utama adalah penyapuan ke area low,” tulisnya.
“Jika US$80.000 hilang, harga bisa turun ke support berikutnya di US$73.000–US$72.000, tetapi informasi ini justru membuat skenario tersebut kurang mungkin terjadi—kecuali ada pemicu baru.”

Sebagai gantinya, CrypNuevo menyoroti exponential moving average (EMA) 50 hari di sekitar level pembukaan tahunan US$93.500 sebagai target potensial.
“Dengan informasi ini, saya tidak akan terkejut jika terjadi pump agresif menjelang akhir tahun dan memasuki awal 2026,” lanjutnya.
“Menembus resistance lokal di US$94.500 (bertepatan dengan 1D 50 EMA) akan menjadi sinyal yang jelas. Setelah itu, harga akan menghadapi resistance kuat di US$100k.”

Namun, pandangan untuk beberapa bulan ke depan tetap beragam. Di sisi bearish, trader Killa kini melihat potensi drop menuju US$60.000 yang dimulai pada kuartal pertama 2026.
$BTC
— Killa (@KillaXBT) December 22, 2025
Don’t shoot the messenger, the final boss has entered the chat.
Ready for 1–2 months of chop?
The big leg down to 60K starts from Feb-March. pic.twitter.com/VgJaNEaN8H
Mengulang perbandingannya dengan akhir bull market Bitcoin pada 2021, trader Roman juga memprediksi periode liburan akhir tahun yang “sangat membosankan” bagi pasar kripto maupun saham.
Emas dan Perak Cetak Rekor, Jepang Bayangi Pasar Global
Pekan data makro AS yang relatif singkat memberi The Fed ruang bernapas hingga Januari, tetapi para trader justru melihat volatilitas bermunculan di berbagai penjuru pasar.
Rilis klaim pengangguran serta publikasi tertunda data PDB kuartal III menjadi tulang punggung agenda makro hingga Rabu, sebelum pasar tutup untuk libur Natal.
Namun, memasuki awal pekan, perhatian pasar justru tersedot ke logam mulia dan kondisi ekonomi Jepang.
Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun melonjak ke rekor 2,1%, hanya beberapa hari setelah bank sentral menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 30 tahun dan para pejabat menyiapkan paket stimulus senilai US$140 miliar.
“Setiap kali Anda pikir situasi Jepang tidak bisa lebih buruk, ternyata justru memburuk,” tulis sumber riset perdagangan The Kobeissi Letter di X.
BREAKING: Japan's 10Y Government Bond Yield surges to a record 2.10%, now up +100 basis points in 2025.
— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) December 22, 2025
Just as you think Japan's situation can't get worse, it gets even worse. pic.twitter.com/EkWvc9HnR4
Ketidakpastian seputar Jepang memiliki rekam jejak memicu pelemahan di pasar kripto, meski reaksi terhadap kenaikan suku bunga yang bersifat kontrarian kali ini terbilang tidak terlalu eksplosif.
Sinyal flight to safety kelihatannya sudah mulai nampak. Emas dan perak sama-sama mencetak rekor all-time high baru, sementara Bitcoin dan altcoin masih tertahan jauh di bawah rekor masing-masing.
Harga emas menyentuh US$4.420 per ons pada Senin, sementara perak membidik level US$70 untuk pertama kalinya, setelah melonjak hampir 150% sepanjang 2025.

“Pemilik aset terus keluar sebagai pemenang,” komentar Kobeissi, menyebut kinerja saham tahun ini sebagai sesuatu yang “bersejarah.”
“Rumah tangga AS kini memiliki porsi saham lebih besar ketimbang properti dalam struktur kekayaan bersih mereka. Ini baru terjadi untuk ketiga kalinya dalam 65 tahun terakhir,” lanjutnya.
Meski demikian, sentimen pasar seputar kelanjutan euforia masih cenderung skeptis. Data dari FedWatch Tool milik CME Group saat ini menunjukkan probabilitas The Fed untuk kembali memangkas suku bunga pada Januari hanya sekitar 22%.

Bull atau Bear? Bitcoin Menggema Seperti 2022
Bagi platform analitik on-chain CryptoQuant, Bitcoin saat ini berada di wilayah bear market.
Salah satu alasannya, menurut para kontributor, adalah Bull-Bear Market Cycle Indicator yang telah berada di zona negatif sejak awal September.
Indikator ini mengukur perbandingan Simple Moving Average (SMA) 30 hari dari indeks Profit & Loss (P&L) trader terhadap SMA 365 harinya.
Pada periode pertengahan Mei hingga awal September, SMA 30 hari masih berada di wilayah positif. Kini, angkanya berada di -0,52, setelah baru-baru ini menyentuh level terendah sejak bear market 2022.
“Harga memasuki mode bearish ketika indikator beralih dari Bull ke BEAR,” tulis CryptoQuant.

Baca Juga: Altcoin Season Tak Pernah Usai, Trader Hanya Salah Pilih Pemenang, Ujar Hayes
Melanjutkan analisis tersebut, kontributor GugaOnChain menggambarkan data Bull-Bear ini sebagai bagian dari perlambatan pasar secara menyeluruh.
Dalam salah satu tulisan Quicktake CryptoQuant pada Senin, ia membandingkan situasi saat ini dengan tahun 2018, periode bear market Bitcoin lainnya, sembari menyoroti penurunan aktivitas jaringan.
“Indikator mengonfirmasi skenario defensif, dan ke depan, perbandingan dengan 2018 menunjukkan bahwa periode aktivitas rendah kerap mendahului volatilitas yang lebih besar. Namun, basis pengguna yang jauh lebih luas saat ini menandakan ketahanan ekosistem yang lebih kuat,” simpulnya.

Coinbase Premium Gagal Bangkitkan Optimisme
Investor Bitcoin asal Amerika Serikat terus mengirim sinyal minimnya keyakinan, seiring tekanan jual dari Coinbase yang belum juga mereda.
Temuan terbaru Coinbase Premium yang dirilis oleh CryptoQuant menunjukkan tekanan jual dari AS masih bertahan.
Premium ini mengukur selisih harga antara pasangan BTC/USD di Coinbase dan BTC/USDT di Binance. Ketika berada di wilayah negatif, indikator ini menandakan lemahnya minat beli dari investor AS, yang berpotensi menghilangkan dorongan kenaikan harga pasar.
“Begitu tekanan jual $BTC di sana mulai mendingin, barulah kita bisa benar-benar memantul,” ujar pakar teknologi blockchain Elja Boom, mengomentari kondisi tersebut pada akhir pekan lalu.
Data CryptoQuant menunjukkan Coinbase Premium sempat menyentuh -US$56 pada 18 Desember sebelum mengalami pantulan. Namun, hingga waktu publikasi, indikator ini masih bertahan di zona negatif.
Trader Daan Crypto Trades mengakui kondisi ini belum menyamai titik terendah yang terlihat saat BTC/USD kembali menguji area US$80.000 di awal bulan.
“Pasar sudah cukup lama bergerak tanpa arah yang jelas. Tidak ada anomali besar dalam datanya juga,” tulisnya kepada para pengikut di X pada Jumat.
“Semua ini mengarah ke penutupan tahun yang lambat. Awal tahun depan barulah kita mendapat gambaran yang lebih jelas ke mana arah selanjutnya.”

Sentimen Pasar Disiapkan untuk Skenario Terburuk
Mendekatnya harga Bitcoin ke US$90.000 sempat mengerek sentimen pasar hingga sembilan poin, berdasarkan data Crypto Fear & Greed Index.
Baca Juga: Santiment: Pasar Kripto Belum Cukup “Takut” untuk Konfirmasi Bottom
Meski demikian, suasana umum pasar masih berada di wilayah “extreme fear” dengan skor 25 dari 100. Angka ini kontras dengan pasar saham yang masih berada di zona “netral” di level 45 dari 100.
🚨 NOW: Crypto Fear and Greed Index climbs to 25 (Extreme Fear) from 16 last week, showing some sentiment improvement but still deep in fear territory. pic.twitter.com/sJx5R9CuXV
— Cointelegraph (@Cointelegraph) December 22, 2025
Ketika konsensus pasar semakin condong pada pandangan bahwa kripto masih berisiko melanjutkan penurunan, segelintir optimis justru tetap bertahan pada keyakinannya.
“Pasar berada dalam kondisi extreme fear, yang secara historis sering kali justru menjadi peluang besar sebelum pergerakan kuat berikutnya,” tulis trader, analis, dan pengusaha kripto Michaël van de Poppe pada Sabtu.
“Crash terbaru di pasar $BTC adalah sebuah disconnect besar. Menurut saya, ini hanya soal waktu sebelum pasar kembali ke harga wajarnya.”

Namun, pandangan ini masih mendapat dukungan yang minim karena harga terus bertahan dalam rentang perdagangan yang kaku. Bahkan, sebagian target harga BTC masih mencakup potensi kembali ke all-time high.
Sementara itu, firma riset Santiment kembali menegaskan bahwa pasar kerap bergerak berlawanan dengan keyakinan mayoritas.
“Baik untuk swing trading maupun investasi jangka panjang, harga biasanya bergerak ke arah yang paling tidak diantisipasi oleh trader ritel. Saat mayoritas mengharapkan kenaikan, harga justru turun. Saat penurunan diantisipasi, harga justru naik,” rangkum Santiment pada Jumat, bersamaan dengan data sentimen media sosial kripto.

Artikel ini tidak mengandung nasihat atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan melibatkan risiko, dan pembaca harus melakukan riset mereka sendiri saat membuat keputusan. Sementara kami berupaya menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu, Cointelegraph tidak menjamin keakuratan, kelengkapan, atau keandalan informasi apa pun dalam artikel ini. Artikel ini dapat berisi pernyataan berwawasan ke depan yang tunduk pada risiko dan ketidakpastian. Cointelegraph tidak akan bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang timbul dari ketergantungan Anda pada informasi ini.

