Bitcoin bukan mustahil berada di jalur reli berikutnya dalam beberapa pekan mendatang selepas menorehkan puncak historis terbaru pada Minggu (5/10). Setidaknya, begitu menurut sejumlah analis.
“Sekarang kita sudah menorehkan ATH baru secara impulsif, maka kenaikan selanjutnya menuju US$150.000+ telah dimulai,” ujar analis kripto CrediBULL Crypto pada Minggu, menyusul lonjakan Bitcoin (BTC) ke rekor harga US$125.700.
Analis ini menambahkan, level ini bakal “diterabas begitu saja”. Pernyataan ini menyiratkan peluang torehan ATH baru pekan ini, meski tidak menutup kemungkinan adanya koreksi singkat ke zona US$108.000–US$118.000.
“Dip ke zona US$108.000–US$118.000 adalah sebuah berkah jika terjadi — dan bila tidak, ya nikmati saja perjalanan menuju US$150.000+.”
Trader kawakan Crypto Chase juga seirama, menuangkan prediksi pada Minggu bahwa “gelombang kenaikan baru nampaknya kian nyata”. Jika Bitcoin memang berstamina, “koreksi akan sangat minor,” imbuhnya.
“Saya merasa BTC akan mencetak ATH baru dalam hitungan jam,” komentar whale trader Hyperliquid James Wynn, seraya menambahkan, “Saya percaya mode price discovery sudah dimulai. Proses ini butuh waktu lama karena adanya supresi harga, sementara emas dan saham menyedot perhatian.”
Adapun Bitcoin baru saja mencetak weekly close atau penutupan mingguan tertinggi sepanjang sejarah di US$123.543, merujuk data TradingView.
Efek Shutdown Pemerintah AS
Sejumlah katalis dikaitkan dengan lonjakan 11% sepekan terakhir, salah satunya shutdown pemerintah AS yang dimulai 1 Oktober.
“Kami menilai bahwa akibat shutdown pemerintah AS dan tekanan moneter lainnya, investor bisa saja melirik Bitcoin sebagai safe haven, memberi mereka jalur diversifikasi dari dolar AS dan obligasi Treasury,” terang Jeff Mei, Chief Operating Officer crypto exchange BTSE, kepada Cointelegraph.
Ia melanjutkan, dolar AS tengah meluruh dan besar kemungkinan akan kian melemah jika suku bunga kembali dipangkas. “Maka wajar saja bila investor mengalokasikan makin banyak modal ke mata uang alternatif dan Bitcoin.”
Baca Juga: 'Etsy Witch' Konon Bisa Sulap Anda Jadi Miliuner Kripto Hanya dengan US$73!
Menariknya, rekor harga Bitcoin tercapai berbarengan dengan performa terburuk dolar AS dalam beberapa dekade. US Dollar Index (DXY), pengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, telah anjlok lebih dari 12% sejak awal tahun ini.
ATH Terpicu Arus Masuk ETF
Adapun menurut investor modal ventura Will Clemente, lonjakan harga Bitcoin bukan dipantik oleh treasury aset digital maupun derivatif, melainkan exchange-traded fund (ETF) spot, yang “memandang BTC sebagai rotasi dari komoditas maupun small cap”.
ETF Bitcoin spot di AS mencatat angka “spektakuler” pekan lalu dengan arus masuk sebesar US$3,2 miliar. Raihan ini menjadikannya pekan terbaik kedua sejak peluncuran, ujar Presiden ETF Store, Nate Geraci.
Musim Bullish
Perpaduan faktor-faktor ini ditambah dengan kecenderungan musim bullish — BTC menguat dalam delapan dari 12 kuartal IV terakhir serta 10 dari 12 Oktober terdahulu — bisa memantik reli anyar bulan ini.
“Luar biasa, kita bisa melesat dari US$110K ke US$125K hanya dalam sepekan,” tutur YouTuber kripto Michaël van de Poppe pada Minggu.
Pekan lalu, pendiri Capriole Investments Charles Edwards sempat meramal breakout Bitcoin di atas US$120.000 akan memicu “lonjakan amat cepat” ke US$150.000.
Baca Juga: Bitcoin Pecah ATH Baru US$125.000, Trader Peringatkan Risiko Kelangkaan