Bitcoin (BTC) kembali merengkuh level US$106.000 di awal pekan, terdorong oleh euforia pasar terhadap potensi dibukanya kembali pemerintahan AS.
Aset-aset berisiko, termasuk Bitcoin, ikut menguat di tengah harapan bahwa shutdown terpanjang dalam sejarah AS akan berakhir minggu ini.
Selain itu, data inflasi AS juga diperkirakan akan dirilis kembali, yang akan memberikan gambaran penting mengenai arah kebijakan The Fed ke depan.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump memicu kembali semangat stimulus era pandemi COVID-19 setelah berjanji memberikan US$2.000 kepada sebagian besar warga Amerika.
Namun, di tengah optimisme tersebut, trader derivatif Bitcoin tetap berhati-hati, menunjukkan minat yang minim untuk bertaruh pada level tertinggi baru.
Di sisi lain, crypto whale Bitcoin tetap menjadi sorotan, karena mereka tercatat terus menjual secara konsisten sepanjang tahun 2025.
Harga BTC Naik ke US$106.500
Bitcoin akhirnya memberi secercah harapan bagi para bull di penutupan mingguan, yang berhasil berakhir di atas level US$104.500.
Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView juga mengonfirmasi bahwa pasangan BTC/USD masih mempertahankan garis tren support penting di sekitar exponential moving average (EMA) 50-minggu.
What a weekly candle close.
— Michaël van de Poppe (@CryptoMichNL) November 10, 2025
Are we ready for a green week on the markets?
“Pantau tren 4 jam pada $GOLD & $BTC,” tulis trader Skew kepada para pengikutnya dalam salah satu unggahan terbarunya di X (Twitter).
Shutdown pemerintahan AS menjadi peristiwa penting yang memengaruhi sentimen pasar, berdampak langsung pada pasar kripto sekaligus aset berisiko lainnya.
Menurut data dari CoinGlass, jumlah likuiditas yang berisiko terkena dampak bahkan dari pergerakan kecil harga BTC sangat signifikan. Dalam 24 jam terakhir, likuidasi lintas aset kripto tercatat mendekati US$350 juta pada saat artikel ini ditulis.
Membahas level support dan resistance, trader CrypNuevo menetapkan batas harga yang jelas sebagai acuan.
“Konfluensi lain adalah klaster likuidasi short di US$105.500. Harga kemungkinan akan menargetkan zona itu,” tulisnya dalam sebuah utas di X.
“Jika area likuidasi tersebut tersentuh, hal itu bisa menjadi katalis yang mendorong harga ke US$106.500, di mana terdapat area resistance menarik.”
Walau begitu, banyak pelaku pasar tetap berhati-hati. Beberapa analis mewanti-wanti, kenaikan menuju puncak lokal di kisaran US$107.000 bisa dengan mudah berbalik arah.
$BTC so far so good.
— Roman (@Roman_Trading) November 10, 2025
I like the fact that volume is dropping & we just retested the long term weekly uptrend. https://t.co/VKHP4IcWLn pic.twitter.com/dKfgrvH3ci
Pembahasan Soal Shutdown Bawa Fokus Pasar ke Data CPI
Dengan pembicaraan mengenai berakhirnya shutdown pemerintahan AS yang semakin dekat, data inflasi kembali menjadi sorotan utama bagi Federal Reserve — dan juga bagi trader aset berisiko.
BREAKING: The US Senate votes 60-40 to advance a bill in a major breakthrough to end the US government shutdown.
— The Kobeissi Letter (@KobeissiLetter) November 10, 2025
Laporan Consumer Price Index (CPI) dijadwalkan rilis pada Kamis, bersamaan dengan data klaim pengangguran awal, disusul oleh Producer Price Index (PPI) pada hari berikutnya.
Rampungnya masa shutdown akan menjadi jendela penting untuk menilai kondisi ekonomi AS, termasuk dampak kebijakan tarif dagang AS.
Kebijakan tarif ini saat ini tengah dalam peninjauan Mahkamah Agung (Supreme Court), dan setiap pengumuman terkait dapat memicu volatilitas baru di pasar.
“Di tengah blackout data, The Fed memangkas suku bunga dan volatilitas pasar mulai kembali meningkat,” tulis The Kobeissi Letter dalam laporan hari Senin.
Kobeissi menyoroti ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan pada 2025, di mana pertemuan The Fed bulan Desember diperkirakan akan menghasilkan penurunan suku bunga tambahan sebesar 0,25%, menurut data dari CME Group’s FedWatch Tool.
Dengan saham yang mulai rebound berkat perbaikan prospek ekonomi AS, Mosaic Asset Company menyebut tren pasar saat ini bisa jadi merupakan “bull market paling dibenci sepanjang masa”.
“Meski isu shutdown pemerintah dan spekulasi soal durasinya masih mendominasi berita, data sektor swasta justru menunjukkan kondisi ekonomi yang masih mendukung prospek pertumbuhan laba,” tulis perusahaan itu dalam buletin terbarunya, “The Market Mosaic”.
Mosaic juga menyoroti “tingkat ketakutan berlebihan” yang tecermin dari berbagai indikator sentimen pasar.
“Apabila pasar saham benar-benar ‘mendaki tembok kekhawatiran,’ maka fase reli terbaru ini bisa jadi belum pernah terjadi sebelumnya, dengan tingkat ketakutan investor yang begitu tinggi dibandingkan dengan kenaikan pasar,” tambahnya.
“Dividen Tarif” Bangkitkan Kembali Ingatan Era COVID-19
Bitcoin langsung bereaksi terhadap pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Minggu malam, setelah ia berjanji akan memberikan pembayaran sebesar US$2.000 kepada mayoritas warga Amerika.
Pembayaran tersebut dihubungkan dengan tarif dagang internasional yang diberlakukan oleh pemerintahannya, dan pertama kali diumumkan melalui unggahan di Truth Social.
“Dividen sebesar minimal US$2.000 per orang (tidak termasuk individu berpenghasilan tinggi!) akan dibayarkan kepada semua orang,” tulis Trump dalam unggahan tersebut.
Menanggapi hal itu, The Kobeissi Letter langsung menyamakan kebijakan ini dengan cek stimulus era COVID-19.
“Cek stimulus resmi kembali,” tulis Kobeissi di platform X (Twitter).
Seperti diberitakan Cointelegraph sebelumnya, penerbitan ulang cek stimulus pada 2020 sempat memantik reli monumental di pasar kripto, karena efek tidak langsungnya ke likuiditas dan suplai uang AS. Cek senilai US$1.200 yang dikirim pada April 2020, jika diinvestasikan ke Bitcoin pada saat itu, kini bernilai sekitar US$20.000.
Kali ini, para analis menilai hasilnya bisa serupa, menyebut langkah tersebut sebagai “katalis likuiditas tambahan” bagi pasar.
Sepanjang tahun ini, peningkatan likuiditas di AS dan global terus memperkuat sentimen bullish untuk aset kripto. Suplai uang global kini telah mencapai US$142 triliun — rekor tertinggi baru.
“Sejak awal tahun, suplai uang lompat +9,1%, didorong oleh Cina dan AS,” ungkap Kobeissi, menggambarkan kondisi tersebut sebagai “melonjak drastis.”
Baca Juga: Bitcoin Bukan Lagi Inflation Hedge, tapi Barometer Likuiditas: Apa Artinya?
Sementara itu, skema dividen tarif ini masih menunggu keputusan Mahkamah Agung AS, yang akan menentukan legalitas kebijakan tersebut.
Trader Opsi Siaga, Minim Kepercayaan pada “Bottom” di US$100.000
Para trader derivatif Bitcoin masih belum percaya bahwa level US$100.000 adalah titik bottom yang solid, meskipun open interest mulai rebound.
Riset dari Glassnode, platform analisis on-chain terkemuka, memperingatkan bahwa “ketakutan” masih menjadi faktor dominan di pasar opsi Bitcoin saat ini.
Menganalisis volume put–call pada akhir pekan lalu, Glassnode memberikan sedikit kabar baik bagi kubu bull.
“Volume put–call menunjukkan minimnya kepercayaan pada level bottom. Aktivitas put melonjak saat harga turun, lalu call meningkat ketika trader mencoba memanfaatkan pemantulan harga di sekitar US$100.000,” tulis Glassnode dalam utas di X (Twitter).
“Namun, bahkan setelah itu, aktivitas put kembali naik, pasar masih antisipasi adanya retest dan tetap mempertahankan posisi hedging.”
Data juga membongkar bahwa trader belum berpikir jangka panjang atas Bitcoin, bahkan enggan berspekulasi pada kemungkinan rebound menuju US$120.000.
“Data opsi ungkap pasar masih berada dalam mode ketakutan, dengan minimnya keyakinan pada terbentuknya bottom yang bertahan lama,” lanjut laporan tersebut.
Sementara itu, open interest, yang sempat ambruk tajam seiring anjloknya harga, kini mulai merangkak naik kembali.
Seperti diberitakan Cointelegraph, kondisi ini menandakan bahwa butuh waktu lebih lama bagi para bull untuk menstabilkan harga dan membangun momentum rebound mereka sendiri.
Aksi Jual Whale Bitcoin Kini Jadi Pola Umum
Whale Bitcoin kembali jadi sorotan di tengah drop harga BTC, seiring aksi jual besar-besaran yang terus berlanjut dan membuat banyak trader gelisah.
Baca Juga: Bitcoin 'Terlalu Mahal' buat Investor Ritel, Siklus Bull Market Terancam Usai?
Seperti dilaporkan Cointelegraph, pada tahun 2025, pasar Bitcoin memang diwarnai dengan menukiknya eksposur dari whale jangka panjang.
Rata-rata, para whale menjual lebih dari 1.000 BTC per hari. Namun, jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, gambaran akumulasi Bitcoin justru menunjukkan arah yang berbeda. Dalam unggahan blog “Quicktake” pada Minggu, CryptoQuant memaparkan sejumlah alasan yang membuat kondisi pasar tetap bullish.
“Saat ini, para holder besar awal akhirnya bisa keluar pasar dengan lebih mudah, dan fase distribusi ini penting untuk terjadi,” ujar kontributor Darkfost.
“Namun, bila kita melihat dari sudut pandang makro, para whale sebenarnya masih melakukan akumulasi di siklus ini. Terlihat jelas bahwa 1-Year Change in Whale Holdings terus meningkat sejak 2023.”
Grafik pendamping menunjukkan bahwa selama dua tahun terakhir, perubahan kepemilikan whale dalam setahun tetap berada di wilayah positif.
Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, tren tersebut telah stabil — mengindikasikan prospek harga yang lebih cerah.
“Setelah bulan Agustus yang perkasa, kepemilikan whale sempat anjlok tajam dari 398.000 BTC menjadi 185.000 BTC pada Oktober, tepat ketika BTC menembus US$123.000. Sejak saat itu, akumulasi kembali berlanjut, dan kepemilikan mereka naik lagi menjadi 294.000 BTC per 7 November,” lanjut laporan tersebut.
“Jadi, meskipun ada sebagian whale yang keluar dari pasar, kami melihat munculnya pemain baru, sementara whale yang sudah ada pun masih terus menambah kepemilikan.”
Wallet akumulator Bitcoin terekam menambah 50.000 BTC hanya dalam satu hari ketika BTC/USD sempat tumbang di bawah US$100.000.
“Dalam jangka menengah hingga panjang, sebagian whale masih terus meningkatkan eksposurnya, dan tren saat ini sama sekali berbeda dari fase distribusi yang terjadi di akhir siklus 2021,” tutup Darkfost.
Artikel ini tidak memuat saran ataupun rekomendasi investasi. Setiap keputusan investasi dan trading mengandung risiko, dan pembaca diimbau untuk melakukan riset mandiri sebelum mengambil keputusan.