Bitcoin (BTC) kembali menjadi sorotan investor menjelang akhir tahun 2025 setelah mencatat harga tertinggi intraday di kisaran US$104.000 pada 13 November. Namun, sehari kemudian, BTC merosot lebih dari 13% hingga sempat terpuruk ke bawah US$95.000. Per 16 November 2025, BTC diperdagangkan di sekitar US$95.944 dengan volume harian yang melonjak melampaui US$107 miliar.

Kondisi volatil ini memicu diskusi luas di platform X soal kapan waktu terbaik untuk “buy the dip” dan apakah strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) lebih aman ketimbang menebak titik bottom. Artikel ini merangkum pandangan analis terkemuka, termasuk proyeksi yang menunjukkan potensi drop BTC hingga ke US$83.000.

Sentimen Pasar Mengarah ke ‘Extreme Fear

BTC saat ini sedang menguji area support US$95.000, dengan volume besar yang mengindikasikan minat investor tetap kuat di tengah kepanikan.

Menurut analis Unipcs, kondisi dip saat ini merupakan peluang akumulasi agresif. Ia menyebut sejumlah faktor pendukung: arus masuk ETF yang konsisten, penilaian JPMorgan bahwa BTC masih undervalued dibandingkan emas, serta Fear & Greed Index yang turun ke level “Extreme Fear”.

Sumber: X PlanC

Sejalan dengan itu, PlanC (@TheRealPlanC) menilai penurunan ini sebagai “dip before the rip”. Ia mencatat bahwa BTC telah empat kali menyentuh zona support sejak titik terendah bear market, yang historisnya kerap disusul dengan reli perkasa selama harga bertahan di atas 365-day SMA.

Baca Juga: Ledakan Harga Bitcoin Belum Tentu Terjadi Pasca Shutdown Pemerintah AS

DCA Dianggap Lebih Efektif daripada Menebak Bottom

Banyak analis menilai bahwa mencoba menangkap bottom secara presisi bukanlah strategi optimal. CrediBULL Crypto menekankan bahwa reversal signifikan baru terlihat setelah harga bergerak naik dari titik terendah. Ia menyarankan fokus membangun posisi jangka panjang lewat DCA ketimbang berspekulasi soal harga terendah.

Tony The Bull menambahkan perspektif siklus historis: jika pola sebelumnya berulang, entry ideal jangka panjang melalui DCA bisa terjadi setelah Oktober 2026 di rentang US$48.000–US$50.000, mengacu pada 50-month moving average dan envelope 10%.

Sumber: X Tony The Bull

Dari sudut teknikal lain, Stockmoney Lizards menyebut BTC sedang berada di support 61,8% Fibonacci serta pola falling wedge yang umumnya bullish. Namun, ia mengingatkan kemungkinan pullback (koreksi) menuju CME gap US$92.000–US$93.000 jika struktur jangka pendek tetap bearish.

Captain Faibik juga menyoroti risiko breakdown dari rising wedge di chart mingguan, dengan potensi entry menarik di US$77.000–US$78.000, bahkan hingga US$55.000 sebagai skenario ekstrem.

Analisis Crash ke US$83.000

Ali Charts (@ali_charts) baru saja mengeluarkan prediksi terbaru yang spesifik ke US$83.500 sebagai target koreksi potensial setelah Bitcoin breakout dari descending channel di sekitar US$96.000.

Sumber: X Ali Charts

Interpretasi bearish ini menyaksikan aksi harga saat ini sebagai false upside signal, di mana kombinasi konsolidasi sideways, kegagalan mempertahankan support US$95.000, dan drop 6% dari ATH US$101.500 pada 13 November 2025 menjadi pemicu utama skenario itu. Kondisi ini muncul meskipun data on-chain menunjukkan adanya akumulasi whale sebesar 12.000 BTC baru-baru ini.

Secara umum, Ali tetap mengimbau pendekatan DCA sebagai cara paling aman untuk mengakumulasi BTC di tengah risiko koreksi, mengingat dukungan kuat dari arus masuk ETF dan faktor makro yang bullish untuk jangka panjang.

Baca Juga: Tren 2 Tahun Bitcoin Hampir Runtuh, Akankah Harga BTC Drop ke US$90K?

Jadi, Kapan Waktu Terbaik Beli Bitcoin?

Kesimpulan dari mayoritas analis: Periode dip seperti saat ini adalah kesempatan emas untuk akumulasi, terutama dengan strategi DCA untuk meminimalkan risiko dan mengurangi efek emosi.

Beberapa titik entry yang banyak disebut analis:

  • 20–25% drop dari ATH, seperti kondisi sekarang

  • Zona support US$95.000–US$100.000

  • Potensi extreme dip ke US$83.000

  • Entry jangka panjang di US$48.000–US$50.000 (skenario siklus 2026)

Fear & Greed Index yang berada di level 15 juga menjadi sinyal kuat bahwa pasar dalam fase fear, kondisi yang sering kali dianggap ideal untuk membeli.

Artikel ini tidak memuat nasihat atau rekomendasi investasi. Setiap keputusan investasi maupun trading mengandung risiko, dan pembaca harus melakukan riset mandiri sebelum mengambil keputusan.