Korelasi Bitcoin dengan emas kian tinggi seiring keduanya makin dipandang sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi makro global, menurut CEO CryptoQuant, Ki Young Ju.

Dalam unggahan X pada Selasa (14/10), Ju menekankan bahwa korelasi BTC–emas melonjak tajam beriringan dengan reli emas ke rekor ATH baru. “Emas terus cetak ATH. Korelasi BTC–emas tinggi; narasi emas digital tetap hidup. Permintaan lindung inflasi belum mati,” tulisnya.

Merujuk data CryptoQuant, korelasi BTC–emas kini berada di atas 0,85, naik dari -0,8 pada Oktober 2021. Korelasi ini sebelumnya mencapai ATH sekitar 0,9 pada April tahun lalu.

Korelasi BTC–emas naik | Sumber: Ki Young Ju

Baca Juga: Apakah Sudah Terlambat Masuk Kripto Sekarang? Ini Kata Eksekutif Pantera

Bitcoin Ikuti Jejak Emas

Menurut Andrei Grachev, managing partner di DWF Labs, korelasi ini juga mencerminkan cara investor institusional memandang Bitcoin (BTC). “Modal secara natural berotasi ke aset yang dianggap sebagai penyimpan nilai stabil,” ujarnya.

Grachev membandingkan lintasan Bitcoin dengan sejarah emas, yang awalnya digunakan sebagai mata uang aktif lalu bergeser menjadi instrumen penyimpan kekayaan. “Dulu emas dipakai sebagai alat pembayaran sebelum akhirnya dominan jadi store of value. Bitcoin nampaknya sedang menapak jalur yang sama, yang menjelaskan kenapa pergerakan harganya makin merefleksikan dinamika emas,” paparnya.

Ben Elvidge, head of commercial applications di Trilitech sekaligus product lead untuk Uranium.io, menambahkan bahwa saat ini Bitcoin lebih berguna sebagai store of value dibanding alat transfer, berkat kelangkaan programatiknya. “Karena potensi apresiasi kapital jauh melampaui kemudahan transfer sebagai alat pembayaran,” jelasnya.

Baca Juga: Analis Kondang 'Sentil' Dunia Keuangan: “Kita Menilai Bitcoin dengan Uang Palsu”

Harga Emas & Perak Meroket ke Rekor Baru

Pada Selasa, harga emas melonjak ke ATH US$4.179,48 per ons. Spot gold naik 0,5% ke US$4.128,49, sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Desember mendaki ke US$4.158. Tahun ini logam mulia itu sudah naik 57%, didorong eskalasi risiko geopolitik.

Tak mau ketinggalan, perak juga menembus rekor ke US$53,60 sebelum terkoreksi ke US$52,27, memperpanjang kenaikan tahunannya lebih dari 85%, melampaui reli emas.

Lonjakan harga emas dan perak ini muncul seiring institusi keuangan semakin gencar mengadopsi strategi “debasement trade”, yakni memindahkan dana ke aset pelindung daya beli dari erosi akibat pencetakan uang yang tiada henti.

Pekan lalu, entrepreneur Anthony Pompliano mengatakan institusi kini menyadari bahwa “tidak ada yang akan menghentikan pencetakan uang”, sehingga mendorong permintaan terhadap hard asset.

Baca Juga: Nasihat Menkeu Purbaya buat Anak Muda yang Investasi Kripto