Sebuah debat pecah di media sosial pada hari Sabtu (13/12) soal potensi efek jika komputer kuantum berhasil meretas simpanan Bitcoin (BTC) milik Satoshi Nakamoto dan kemudian menjual koin-koin tersebut ke pasar.
Debat ini bermula ketika YouTuber Josh Otten membagikan grafik harga BTC yang crash brutal ke US$3,00 dan mengatakan bahwa ini bisa terjadi jika komputer kuantum yang cukup kuat muncul dan mencuri 1 juta BTC milik pencipta Bitcoin pseudonim Satoshi Nakamoto dan kemudian menjualnya.
“Banyak OG akan memborong saat flash crash. Jaringan Bitcoin akan tetap bertahan; sebagian besar koin tidak langsung rentan,” ujar holder Bitcoin jangka panjang Willy Woo.

Selanjutnya, Woo menambahkan bahwa sekitar 4 juta BTC tersimpan dalam alamat pay-to-public-key (P2PK), termasuk koin-koin milik Satoshi. Alamat jenis ini menampilkan kunci publik secara penuh di on-chain saat koin dibelanjakan, sehingga berpotensi rentan terhadap serangan kuantum.
Ketika sebuah wallet Bitcoin mengekspos kunci publik secara penuh di on-chain, wallet tersebut berpotensi menjadi sasaran serangan kuantum di masa depan. Secara teoritis, komputer kuantum yang cukup canggih dapat menurunkan kunci privat dari kunci publik yang telah diketahui.
Sebaliknya, jenis alamat BTC yang lebih baru dinilai tidak terlalu rentan terhadap serangan kuantum karena tidak mengekspos kunci publik secara penuh di on-chain. Jika kunci publik tidak diketahui, komputer kuantum tidak dapat menghasilkan kunci privat pasangannya dari data tersebut.

Komunitas Bitcoin dan kripto hingga kini terus memperdebatkan potensi dampak komputasi kuantum pada Bitcoin dan teknologi enkripsi yang menopang aset kripto. Sebagian pihak menilai komputasi kuantum dapat menjadi “kiamat” bagi industri kripto.
Baca Juga: Google Umumkan Terobosan 'Quantum Advantage', 13.000x Lebih Kilat dari Superkomputer Tercanggih
Adam Back: Ancaman Komputer Kuantum Masih Puluhan Tahun Lagi
Adam Back, Bitcoin OG, cypherpunk, sekaligus co-founder perusahaan teknologi Bitcoin Blockstream, menilai bahwa BTC tidak akan menghadapi ancaman kuantum dalam 20 hingga 40 tahun ke depan.
Menurut Back, masih tersedia banyak waktu untuk mengadopsi standar kriptografi pasca-kuantum—yang sejatinya sudah ada—sebelum komputer kuantum yang benar-benar mampu membobol enkripsi modern dan standar keamanan siber berhasil dibangun.
Sementara itu, analis pasar James Check mengatakan bahwa komputasi kuantum tidak mengancam teknologi Bitcoin secara langsung, karena pengguna akan bermigrasi ke alamat yang tahan kuantum jauh sebelum komputer kuantum yang layak benar-benar muncul.
Namun, ancaman kuantum dinilai lebih berbahaya bagi harga pasar Bitcoin. Check menyebut hampir “tidak ada peluang” komunitas Bitcoin akan sepakat untuk membekukan koin milik Satoshi sebelum komputer kuantum meretas wallet-nya dan mengembalikan koin-koin tersebut ke sirkulasi pasar.
Baca Juga: Buterin Kucurkan Dana Rp12,65 Miliar ke 2 Proyek Ini, Dongkrak Masa Depan Privasi Digital

