Poin Penting:
Stablecoin SSR RSI memberi sinyal “beli”, sinyalkan daya beli tinggi.
Para holder jangka panjang Bitcoin genjot kepemilikan hingga 298.000 BTC.
Penutupan yang hijau di September secara historis membuka jalan bagi reli Q4, dengan rata-rata cuan 78%.
Harga Bitcoin (BTC) yang sempat terguncang sepanjang September akhirnya berhasil ditutup 5% lebih tinggi di US$114.000 pada Selasa (30/9).
Analis menyebut pemulihan dari level US$108.000 ini bisa menjadi sinyal awal dari “pergerakan besar” berikutnya.
Metrik Stablecoin Bitcoin Beri Sinyal “Beli”
Metrik Stablecoin Supply Ratio (SSR) yang bertugas membandingkan daya beli stablecoin terhadap Bitcoin terus melandai; relative strength index (RSI) drop ke titik terendah 4 bulan.
“SSR RSI Bitcoin saat ini di level 21, masuk zona ‘beli’,” terang penyedia data on-chain CryptoQuant dalam utas X pada Selasa.
Adapun terakhir kali RSI berada di posisi serupa, harga BTC sempat tergelincir ke bawah US$75.000, lalu melesat 67% menuju rekor all-time high (ATH) US$124.500.
Anjloknya SSR sendiri menandakan adanya daya beli stablecoin yang makin besar. Hal ini diperkuat oleh pasokan stablecoin yang terus melambung, mengisyaratkan banjirnya likuiditas segar serta meningkatnya rasa percaya diri investor.
Kapitalisasi pasar Tether USDt (USDT) misalnya, naik konsisten dengan pencetakan lebih dari 10 miliar USDT hanya dalam 60 hari terakhir.
“Ini tanda jelas masuknya likuiditas segar ke pasar,” catat CryptoQuant, seraya menimpali:
“Lonjakan pasokan stablecoin selalu jadi pendorong kuat selama bull market.”
Belum lagi, holder jangka panjang Bitcoin juga kian agresif. Alamat akumulasi mencatat kepemilikan rekor 298.000 BTC. Tren ini mencerminkan optimisme mereka atas prospek kenaikan harga di bulan-bulan mendatang.
“Semua sinyal ini berpotensi jadi penentu pergerakan besar Bitcoin selanjutnya,” simpul CryptoQuant.
Harga BTC Pancarkan Sinyal Bottom
Seperti diberitakan Cointelegraph, sejumlah indikator on-chain dan teknikal mengungkap bahwa koreksi pekan lalu ke US$108.650 mungkin telah menandai titik bottom lokal untuk BTC.
Platform analitik Swissblock menambahkan, pasar crypto sedang melakukan reset berdasarkan impulse signal agregatnya, yang mengukur struktur harga eksponensial dari top 350 aset teratas.
Metrik ini drop ke 20% dari sebelumnya lebih dari 100% beberapa pekan lalu.
“Ketika Impulse Signal jatuh ke nol, itulah titik di mana kepanikan habis dan pembeli baru masuk,” jelas Swissblock.
Reset ini, menurut Swissblock, hanya terjadi tiga kali sejak awal 2024. Setiap kali terjadi, kondisi tersebut menandai “cycle bottom” (titik dasar siklus) yang disusul dengan pemulihan harga Bitcoin yang berkelanjutan.
“Kita sedang mendekati skenario itu lagi.”
Bitcoin Berhasil Tangkis ‘Rektember’ / Red September untuk Tahun Ketiga
Untuk ketiga kalinya berturut-turut, Bitcoin sukses lolos dari “September merah”. Bulan ini secara historis dikenal sebagai bulan terburuk alias “Rektember”.
Sejarah mencatat, September selalu menjadi bulan paling buruk dengan return (imbal hasil) rata-rata –3% dalam 13 tahun terakhir.
Namun, penutupan di atas US$114.000 pada Selasa menciptakan akhir September bullish yang tergolong langka. Fenomena ini menjadi skenario yang secara historis selalu disusul dengan lonjakan monumental di kuartal IV (lihat grafik di bawah).
Analis populer Mikybull Crypto menuliskan di X pada Rabu:
“Setiap kali September ditutup dengan hijau, Q4 biasanya diwarnai reli masif.”
Selain itu, periode antara Oktober dan Desember adalah kuartal terbaik bagi reli harga Bitcoin dengan rata-rata untung 78%.
Sebagai contoh, BTC menguat 48% di Q4 2024, 57% di Q4 2023, dan lonjakan spektakuler 480% di Q4 2013.
Jika sejarah kembali berulang, tiga bulan ke depan bisa menjadi periode dengan keuntungan paling signifikan dalam siklus bull market saat ini.
Artikel ini tidak memuat nasihat investasi atau rekomendasi. Setiap keputusan investasi dan trading mengandung risiko. Karenanya, pembaca perlu melakukan riset sendiri sebelum mengambil keputusan.