Binance baru saja mengumumkan distribusi kompensasi total US$283 juta dalam dua batch selama 24 jam untuk pengguna yang terdampak crash pasar 10 Oktober. Kompensasi difokuskan pada kerugian langsung akibat de-pegging aset seperti USDE, BNSOL, dan WBETH yang menyebabkan likuidasi tidak adil pada kolateral cross-leverage, serta penundaan transfer yang menghambat top-up margin. Lantas, siapa saja pengguna yang masuk kriteria untuk mendapat kompensasi?
Binance Kompensasi Pengguna yang Terdampak Crash Pasar
Pada 10 Oktober 2025, dunia kripto diguncang volatilitas ekstrem antara pukul 20:50 hingga 22:00 UTC. Gejolak ekonomi makro global memicu aksi jual masif dari investor institusional dan ritel. Manuver tersebut langsung menyebabkan penurunan tajam aset kripto secara kolektif. Likuidasi total di seluruh pasar mencapai US$19-20 miliar, menciptakan kondisi perdagangan yang kacau. Binance, sebagai crypto exchange nomor wahid, dicecar spekulasi bahwa platform-nya berkontribusi pada kekacauan ini.
Namun, tinjauan internal Binance mengonfirmasi volatilitas utama berasal dari kondisi pasar secara luas, bukan kegagalan sistemik. Walau bagaimanapun, mulai pukul 21:18 UTC, platform mengalami gangguan teknis singkat. Ini termasuk de-pegging aset di produk Earn, seperti USDE, BNSOL, dan WBETH. De-pegging ini terjadi setelah titik terendah pasar (pukul 21:20-21:21 UTC); disebut bukanlah pemicu crash, namun tetap saja memperburuk kerugian pengguna.
Adapun gangguan lain mencakup tertundanya transfer internal dan penebusan Earn, yang menghalangi top-up margin secara tepat waktu. Di spot trading, anomali harga seperti crash ke nol pada pasangan IOTX/USDT disebabkan order limit historis sejak 2019 dan isu UI desimal. Pengguna mengeluh platform offline saat beli tapi lancar saat jual, gap harga BTC hingga 4-5 ribu dolar dibanding exchange lain, serta altcoin dump hampir ke nol.
Ribuan keluhan di X menyoroti likuidasi massal, tuduhan manipulasi, serta kerugian miliaran. Hal ini membuat sebagian pengguna menganggap Binance insolvent, sehingga menimbulkan perdebatan sengit di komunitas kripto.
Mengapa Binance Harus Kompensasi?
Binance mengakui tanggung jawab penuh atas isu platform, bukan sekadar fluktuasi pasar ataupun unrealized profit. Mereka berkomitmen untuk senantiasa transparan tanpa alasan, membayar kompensasi untuk kerugian langsung. Total US$283 juta disalurkan dalam dua batch dalam kurun waktu 24 jam untuk de-pegging yang menyebabkan likuidasi. Sementara kompensasi tambahan untuk delay (penundaan) ditangani case-by-case via support.
Mesin futures, spot, dan API tetap operasional, dengan likuidasi paksa hanya sebagian kecil volume perdagangan. CEO Richard Teng menyatakan di X:
"24 jam terakhir telah bergejolak untuk pasar kripto... Saya benar-benar minta maaf... Kami tidak mencari alasan — kami mendengarkan dengan saksama, belajar dari kejadian ini, dan berkomitmen untuk memperbaiki diri."
Baca Juga: Usai Crash Brutal, Harga Bitcoin Bisa Memantul 21% dalam 7 Hari jika Sejarah Berulang: Ekonom
Co-founder Yi He menambahkan: "Karena fluktuasi pasar yang signifikan... sebagian pengguna mengalami kendala transaksi... Saya minta maaf sedalam-dalamnya..."
Siapa Saja yang Berhak Dapat Kompensasi?
Pengguna yang memenuhi syarat untuk menerima kompensasi dari Binance adalah mereka yang mengalami kerugian langsung akibat isu platform selama crash pasar pada 10 Oktober 2025, di antaranya:
Trader futures/margin/loan yang memegang USDE, BNSOL, atau WBETH sebagai kolateral dan mengalami likuidasi tidak adil karena de-pegging aset tersebut.
Pengguna produk Earn yang terhambat penebusan aset atau top-up margin akibat penundaan transfer internal.
Trader spot yang terdampak anomali harga ekstrem (seperti dump ke nol pada altcoin tertentu), meski mark price melindungi dari likuidasi.
Baca Juga: Mengapa Likuidasi Crypto Terparah Tempo Hari Tak Berimbas ke Fundamental Jangka Panjang?