Tiga produsen kendaraan internasional papan atas sudah mulai menerima Tether (USDT) di Bolivia guna mengatasi cadangan dolar AS yang terus merosot. Langkah ini menandai tonggak penting dalam adopsi kripto di negara Amerika Latin tersebut.

Minggu (21/9), CEO Tether Paolo Ardoino mengonfirmasi bahwa Toyota, Yamaha, dan BYD kini resmi menerima Tether (USDT) sebagai alat pembayaran. Di saat yang sama, perusahaan keamanan kripto BitGo membenarkan bahwa mobil Toyota pertama di Bolivia telah dibeli menggunakan USDT pada hari Sabtu.

Foto-foto yang dibagikan oleh Ardoino menunjukkan sebuah dealer memajang slogan yang mengiklankan USDT sebagai opsi pembayaran yang "mudah, cepat, dan aman" untuk pembelian mobil.

BitGo mengatakan telah menjalin kemitraan dengan Tether dan Bolivia Toyota untuk membantu mereka dengan self-custody dan memastikan transaksi berjalan lancar.

Sumber: Paolo Ardoino

Adapun Bolivia sendiri adalah salah satu negara Amerika Latin yang paling menolak eksistensi crypto hingga Juni 2024. Sebelum akhirnya pemerintah mencabut larangan lama terhadap kripto dan mengizinkan bank memproses transaksi Bitcoin (BTC) dan juga stablecoin.

Salah satu kisah adopsi monumental pertama terjadi pada bulan Maret ketika perusahaan minyak dan gas milik negara Bolivia, Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos, mengantongi persetujuan pemerintah untuk mulai menerima kripto untuk impor bahan bakar. Hal ini menjadi solusi atas kelangkaan dolar AS yang semakin parah di negara itu.

Data Trading Economics membeberkan cadangan devisa Bolivia telah amblas hingga 98%, dari US$12,7 miliar pada Juli 2014 menjadi US$171 juta pada Agustus ini. Bolivian boliviano masih menjadi mata uang yang paling banyak digunakan di Bolivia. Namun, kekhawatiran akan hilangnya daya beli telah mendorong banyak penduduk lokal untuk memilih alternatif yang lebih stabil seperti dolar AS atau, dalam beberapa kondisi, aset kripto.

Bahkan bank terbesar di Bolivia menyebut kripto sebagai "alternatif yang layak dan andal" untuk mata uang fiat saat menandatangani memorandum dengan El Salvador pada akhir Juli lalu dalam rangka mengebut adopsi kripto.

Sumber: BitGo

Tak berhenti sampai di situ, merchant-merchant di bandara Bolivia juga sudah mulai mematok harga barang-barang dasar dalam USDT sebagai cara untuk menghadapi krisis mata uang.

Bisnis di Bolivia Andalkan Stablecoin untuk Transaksi Internasional

Sejumlah bisnis Bolivia yang mengimpor produk juga telah menggunakan USDT untuk mengatasi kelangkaan dolar AS, ungkap kepala aset digital TowerBank, Gabriel Campa, kepada Bitfinex Selasa lalu.

Mereka membeli stablecoin secara lokal maupun lewat rekening bank offshore, mengonversinya menjadi dolar AS, dan membayar pemasok luar negeri. Beberapa produk ini kemudian didaftarkan dalam USDT, memungkinkan terbentuknya ekonomi sirkular stablecoin guna menjaga perdagangan dan operasional tetap berjalan, ucapnya.

Masa Depan Bolivia Ditentukan pada Oktober

Bolivia akan mengadakan pemungutan suara putaran kedua antara Christian Democratic Party Rodrigo Paz Pereira dan aliansi Freedom and Democracy Jorge “Tuto” Quiroga pada 19 Oktober.

Dalam rangka memerangi korupsi, Paz Pereira telah mengusulkan penerapan teknologi blockchain untuk transparansi yang lebih besar. Sementara itu, sikap Quiroga terhadap kripto masih belum jelas.

Partai pemenang nantinya akan memimpin Bolivia setelah hampir dua dekade di bawah Movement for Socialism, yang dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis ekonomi negara saat ini.