CEO JPMorgan Jamie Dimon menyatakan Federal Reserve tidak akan semudah itu memangkas suku bunga kecuali inflasi benar-benar mereda. Ia menambahkan, dirinya “tidak terlalu khawatir” stablecoin bakal mengancam sektor perbankan.

“Jika inflasi tidak turun, The Fed akan kesulitan untuk memangkas lebih banyak,” ujar Dimon, pimpinan bank terbesar di Amerika Serikat, dalam wawancaranya dengan CNBC-TV18 pada Senin.

“Inflasi kelihatannya sedikit macet di 3%. Lagi pula, saya bisa memberikan sejumlah alasan kenapa justru bisa naik, bukan turun,” tambahnya. Namun, ia masih berharap akan adanya “pertumbuhan yang layak” dan pemangkasan suku bunga karena alasan pertumbuhan, bukan resesi.

Pasar Antisipasi Lebih Banyak Pemangkasan Suku Bunga

Ekspektasi Dimon ini sedikit mendinginkan antusiasme pasar yang sebelumnya memperkirakan adanya beberapa kali pemangkasan, bahkan hingga lima kali dalam 12 bulan ke depan.

Biasanya, pemangkasan suku bunga menjadi kabar positif bagi pasar kripto karena biaya pinjaman yang lebih murah mendorong investor untuk berani masuk ke aset-aset berisiko. The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu lalu, untuk pertama kalinya di 2025. Kabar ini sempat melambungkan harga Bitcoin (BTC) ke atas US$117.500 untuk pertama kali dalam lebih dari sebulan.

Data CME FedWatch membeberkan pasar masih berekspektasi adanya pemangkasan 25 basis poin lagi saat The Fed mengadakan pertemuan pada akhir Oktober, dan satu kali lagi pada awal Desember mendatang.

Federal Reserve, Inflation, Jamie Dimon, Stablecoin, JPMorgan Chase
Jamie Dimon dalam wawancara dengan CNBC-TV18 pada Senin | Sumber: YouTube

Proyeksi The Fed mengungkap adanya disparitas besar, namun mengisyaratkan kemungkinan dua kali pemangkasan lagi sebelum akhir tahun, dan mungkin sekali lagi pada 2026.

Adapun data inflasi AS terbaru yang dirilis pada 11 September menunjukkan inflasi naik 0,4% di bulan Agustus, mencatat lonjakan 2,9% dalam 12 bulan terakhir. Angka ini di atas target The Fed yang hanya sebesar 2%.

Dimon “Tidak Terlalu Khawatir” Soal Stablecoin

Dimon juga menyinggung perihal stablecoin, yang kini menjadi isu kebijakan penting bagi bank setelah Kongres AS meloloskan aturan regulasi token tersebut pada Juli lalu.

Ia menyebut dirinya “tidak terlalu khawatir” soal stablecoin, hanya saja banknya dan juga sektor perbankan secara keseluruhan “harus tetap memantau dan memahaminya”.

“Akan selalu ada orang yang ingin memiliki dolar lewat stablecoin di luar AS, mulai dari pihak jahat, pihak baik, hingga negara-negara tertentu yang lebih memilih menyimpan dolar ketimbang memasukkannya ke dalam sistem perbankan,” ucapnya.

Ia menegaskan pula, JPMorgan memang terlibat dalam stablecoin dan sektor perbankan kini sedang “mempertimbangkan apakah sebaiknya membuat konsorsium” untuk meluncurkan token.

“Saya tidak yakin bank sentral perlu menggunakannya satu sama lain, jadi ini akan berkembang seiring waktu,” tambah Dimon.

Kelompok perbankan sebelumnya mendesak Kongres untuk memperketat aturan stablecoin. Mereka mengeklaim bahwa celah regulasi memungkinkan penerbit stablecoin beserta afiliasinya membayar bunga atau imbal hasil pada stablecoin. Mereka berargumen hal ini bisa merusak daya saing rekening bank dan juga berpotensi mengguncang stabilitas sistem perbankan.