Sejumlah eksekutif kripto berspekulasi bahwa arus keluar dari exchange-traded fund (ETF) kripto, aksi distribusi crypto whale jangka panjang, serta mengerasnya tensi geopolitik mungkin menjadi pemantik utama koreksi terbaru, ketika Bitcoin tergelincir mendekati US$93.000 pada hari Minggu (16/11).
Bitcoin (BTC) sempat terguling ke titik terendah tahunannya di US$93.029 pada Minggu. Market cap global pun terkikis dalam sepekan terakhir, dari US$3,7 triliun pada 11 November menjadi US$3,2 triliun pada Senin, merujuk data CoinGecko.
Ryan McMillin, Chief Investment Officer Merkle Tree Capital, mengatakan kepada Cointelegraph bahwa penurunan ini bukan disebabkan oleh satu guncangan tunggal, melainkan kombinasi beberapa tekanan struktural.
Rangkaian Faktor Menyeret Harga Kripto ke Titik Lemah
McMillin menyoroti data on-chain yang memperlihatkan long-term holder atau holder jangka panjang “akhirnya melepaskan profit setelah reli yang nyaris tidak masuk akal” sebagai salah satu faktor, bersamaan dengan “fundamental yang tecermin solid dan arus likuiditas yang justru menopang peluang harga merosot lebih dalam”.
“Bersamaan dengan itu, ETF Bitcoin spot serta instrumen lain yang sebelumnya menjadi pembeli masif kini berbalik mencatat arus keluar bersih, tepat ketika pasar global bermanuver lebih risk-off dan harapan pemangkasan suku bunga makin menjauh.”
“Jika seluruh variabel itu dirangkai, kita melihat koin lama yang didistribusikan ke pasar dengan minat beli yang jauh lebih lunak, dalam lanskap makro yang jauh kurang ramah dibanding enam bulan lalu,” terang McMillin.
Matt Poblocki, General Manager Binance Australia dan New Zealand, menyebut volatilitas kali ini mengingatkan bahwa kripto masih merupakan kelas aset yang tengah memasuki fase kedewasaan—sangat terpengaruh ritme ekonomi makro dan gejolak politik dunia.
Holger Arians, CEO Banxa, penyedia infrastruktur pembayaran dan kepatuhan untuk sektor kripto, menggambarkan pasar saat ini sebagai “mesin yang berjalan lebih panas dibanding dunia yang menopangnya”.
“Kita menghadapi ketegangan geopolitik yang belum mereda, bahkan beberapa di antaranya justru meningkat. Di saat yang sama, valuasi sektor teknologi global terus mendaki berdasarkan ekspektasi masa depan. Sebuah momen risk-off yang lebih luas nyaris tak terhindarkan setelah setahun penuh dengan optimisme,” ujarnya.
“Dan meskipun kripto terkadang bergerak secara independen dari pasar tradisional, fase ini adalah periode ketika para pelaku pasar memilih berhenti sejenak, mengamati, dan mencoba membaca ulang sebuah tahun yang sangat bergejolak.”
Hunter Horsley, CEO Bitwise Asset Management, menambahkan bahwa narasi siklus 4 tahunan kemungkinan turut memantik kegaduhan, karena para trader terpengaruh oleh ketakutan kolektif akan pola penurunan berkala, yang pada akhirnya justru memicu aksi jual berantai.
Tom Lee, chairman Ether (ETH) Treasury BitMine, berpandangan bahwa market maker dengan “rongga besar” di neraca mereka mungkin sedang menjadi sasaran pihak yang ingin mengejar likuidasi dan menyeret harga Bitcoin lebih rendah.
Koreksi Tajam Adalah Unsur Alami dalam Setiap Siklus Pasar
Namun, sebagian besar analis kripto menilai fondasi pasar masih berdiri kukuh untuk bangkit kembali.
“Koreksi setajam ini adalah elemen alami dalam satu siklus pasar,” tutur Poblocki.
“Yang penting adalah investor ritel tetap bertahan dan mengalihkan alokasi ke aset blue chip seperti Bitcoin dan Ethereum, alih-alih menarik diri sepenuhnya. Itu adalah indikator kuat bahwa kepercayaan diri jangka panjang tetap utuh.”
“Arus ETF memang sedikit merosot sejalan dengan sentimen risk-off, tetapi tidak ada tanda-tanda redemption besar-besaran. Gambaran makro tidak berubah — partisipasi institusional tetap kuat dan investor ritel makin disiplin,” lanjutnya.
Arians menambahkan bahwa penurunan ini berpotensi berbalik arah, mengingat fundamental bergerak ke arah yang konstruktif, regulasi makin jelas, use case dunia nyata bertambah, dan institusi keuangan tradisional semakin agresif menapaki sektor kripto.
“Walaupun harga nampak lembek, kisah infrastruktur yang menopang ekosistem ini justru berada pada titik paling kokoh. Volume stablecoin, aktivitas on-chain, momentum pengembang, semuanya beringsut ke arah yang benar. Pasar mungkin terasa lamban, tetapi rel yang sedang dibangun kini sedang menyiapkan siklus berikutnya,” ungkap Arians.
Pasar Kripto Kini Lebih Perkasa daripada Siklus-siklus Terdahulu
McMillin menggemakan pandangan analis makro Jordi Visser, yang percaya bahwa holder Bitcoin lama tengah melepas kepemilikan dan para trader baru menyerapnya, namun pasar secara keseluruhan jauh lebih tangguh dibanding siklus-siklus sebelumnya.
Baca Juga: Peter Schiff Kecam Model Strategy ‘Fraud’, Tantang Saylor untuk Debat
“Pada siklus terdahulu, dengan level penjualan long-term holder seperti ini, kita sudah melihat drop 70–80%. Namun saat ini, meskipun distribusi OG sangat masif, harga hanya terkoreksi sebagian karena ETF dan kanal institusional lain cukup dalam untuk menyerap sebagian besar pasokan tersebut,” jelasnya.
“Itu adalah tanda pasar yang bergerak menuju kematangan, perpindahan aset dari ‘segelintir tangan’ menuju ‘lebih banyak tangan.’”
Baca Juga: ZEC Ukir Reli 1.500% sejak Oktober, Debat Soal Bitcoin vs Zcash Makin Panas!