Penulis Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, seorang pendukung kuat Bitcoin, mengatakan bahwa adalah hal yang "kriminal" jika anak-anak diajarkan sejak muda untuk bekerja demi mata uang yang inflasioner. Ia pun membeberkan keunggulan Bitcoin.

“Orang miskin itu miskin karena mereka tidak tahu apa itu uang sungguhan. Sistem akademik kita, Anda tahu, 'poor dad' saya, para profesor, mereka mendoktrin dan melatih anak-anak, para pemuda bahkan saat ini, untuk bekerja demi uang palsu.”

"Pergi ke sekolah, dapatkan pekerjaan, bekerja keras, simpan uang, dan berinvestasi di 401(k) yang penuh sampah," kata Kiyosaki dalam sebuah podcast yang dipandu oleh salah satu pendiri Bitcoin Collective, Jordan Walker, pada hari Rabu.

Kiyosaki di FreedomFest pada Juli 2024 | Sumber: Wikimedia Commons

Kiyosaki tidak ragu untuk mencela bank sentral, menyamakannya dengan "organisasi kriminal" dan bahkan menyebut mereka "Marxis", karena ia meyakini setiap kali bank sentral mencetak uang, itu membuat orang kaya semakin kaya, sementara kelas ekonomi lainnya menderita.

"Jadi, setiap kali Anda mencetak uang, Anda mencetak barang palsu ini. Orang-orang seperti saya menjadi lebih kaya, tetapi orang miskin dan kelas menengah menjadi semakin miskin."

Menurut kalkulator inflasi utama dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, seseorang yang memegang US$1.000 dari Agustus 2000 hingga Agustus 2025 telah kehilangan hampir 47% dari daya beli mereka karena inflasi utama.

Federal Reserve telah menetapkan target inflasi 2% per tahun; namun, sejak 2021, lembaga tersebut belum berhasil mencapai target tersebut. Inflasi utama (headline) Agustus berada di 2,9%, sementara inflasi inti (core) berada di 3,2%.

Sementara itu, BTC telah reli lebih dari 900% dalam lima tahun terakhir, dari sekitar US$11.670 menjadi sekitar US$117.200 pada saat penulisan, menurut CoinGecko.

Robert Kiyosaki Menyesal Tak Beli Bitcoin Lebih Banyak, Kini Hanya Punya 60 BTC

Penulis asal Amerika ini menyatakan bahwa butuh waktu lama baginya untuk memahami Bitcoin, tetapi dia mulai membeli Bitcoin di level US$6.000 dan saat ini memiliki 60 BTC, senilai sekitar US$7 juta.

"Dan Bitcoin, ketika muncul, butuh waktu bagi saya untuk memahaminya. Saya membelinya di US$6.000, dan saya masih berkata, 'Kenapa tidak beli lebih banyak, sialan?' Tapi hari ini, saya tidak punya sebanyak itu. Saya punya sekitar 60 Bitcoin," kata Kiyosaki.

Kiyosaki mengatakan kini dia menggunakan hasil dari properti sewanya untuk mengakumulasi minyak, emas, perak, Bitcoin, dan Ethereum.

Pada bulan April, Kiyosaki bahkan memprediksi bahwa Bitcoin akan mencapai tonggak sejarah US$1 juta dalam satu dekade ke depan.

Meskipun bullish pada BTC, Kiyosaki sebelumnya telah mengambil pandangan kontrarian atau berlawanan pada aset tersebut, mengatakan bahwa "kemungkinannya emas, perak, dan Bitcoin juga akan ambruk", dan saat itulah dia akan mulai mengumpulkan lebih banyak aset-aset ini.

Dia juga menasihati investor untuk berhati-hati terhadap ETF, karena produk ini adalah "aset kertas" dan rentan akan bank run; namun, penulis Amerika itu mengakui bahwa ETF adalah cara termudah bagi investor ritel untuk berinvestasi dalam aset.

Negara-negara yang Alami Inflasi

Klaim Kiyosaki dalam podcast tersebut memiliki beberapa dasar. Inflasi, terutama hiperinflasi, mengikis daya beli orang-orang biasa.

Yang menarik, orang-orang di negara-negara di mana inflasi menggerogoti uang hasil kerja keras mereka semakin beralih ke crypto guna melindungi diri mereka secara finansial.

Orang-orang Venezuela sudah mulai menggunakan stablecoin, terutama Tether (USDT), sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, karena laju inflasi tahunannya menyentuh 229%.

Pada awal tahun, satu dolar AS bisa ditukar dengan 51,95 bolívar Venezuela. Hari ini, dolar yang sama bisa membeli 161,74 bolívar Venezuela, menurut pemroses valuta asing Xe.

Sementara itu, penulis Bitcoin Standard, Saifedean Ammous, juga sempat menyatakan bahwa investor akan berbondong-bondong menuju dolar AS dan Bitcoin, karena dia meramal devaluasi peso Argentina akan menyebabkan orang-orang untuk dump mata uang tersebut serta obligasi negara.

Co-founder dan CEO Real Vision, Raoul Pal, juga telah mengimbau para investor untuk HODL lebih banyak aset crypto dan NFT guna memproteksi diri mereka dari devaluasi mata uang yang eksponensial.