Token privasi Monero naik lebih dari 7% pada Minggu (15/9) kendati blockchain-nya mengalami reorg 18 blok yang membalikkan sekitar 117 transaksi dan memicu kekhawatiran komunitas mengenai masa depan ekosistem Monero.

Pelanggaran keamanan ini dilakukan oleh tim di balik Qubic, blockchain layer-1 berbasis AI sekaligus mining pool yang berhasil menguasai 51% hashrate Monero dan sempat melakukan reorg enam blok bulan lalu.

Reorg tersebut dimulai pada blok 3499659 pada Minggu pukul 05:12 UTC dan berakhir di blok 3499676 sekitar 43 menit kemudian, merujuk beberapa sumber yang menjalankan node Monero dan membagikan konsol command-line mereka di X.

Insiden ini juga telah dikonfirmasi oleh peneliti protokol kripto Rucknium di GitHub.

Yang mengejutkan, harga token Monero (XMR) justru tetap stabil kala reorg berlangsung, dan sekitar delapan jam kemudian melesat 7,4% dari US$287,54 menjadi US$308,55, menurut data CoinGecko. XMR berhasil naik meski pasar kripto secara keseluruhan turun sekitar 1% pada hari yang sama.

Podcaster kripto xenu — salah satu pihak yang pertama kali melaporkan reorg Monero — berspekulasi bahwa Qubic mungkin mencoba menerapkan mekanisme untuk “menghentikan penurunan” harga XMR.

Perubahan harga XMR dalam 24 jam terakhir | Sumber: CoinGecko

Adapun reorg — yang xenu klaim sebagai yang terbesar dalam sejarah jaringan Monero — menyulut diskusi soal bagaimana chain privasi ini harus dikelola ke depannya.

Insiden serangan yang berulang menyoroti bagaimana blockchain proof-of-work (PoW) dapat dimanipulasi jika tidak cukup terdesentralisasi, sehingga menghambat penggunaannya sebagai jaringan moneter.

“Secara pribadi, saya tidak menganggap jaringan Monero dapat diandalkan saat ini. Saya akan berhenti menerima XMR sebagai pembayaran sampai situasi ini terselesaikan,” komentar Vini Barbosa, seorang tokoh kripto, di X pada Minggu.

Monero Mungkin Harus Lebih Sentral Guna Minimalisir Pengaruh Qubic

Rucknium mengatakan “sangat mungkin” operator node Monero akan mulai mengadopsi sementara checkpoint Domain Name System (DNS) — di mana node mengambil data blok tepercaya dari server DNS komunitas — sebagai solusi untuk mencegah reorg yang berulang.

Bagaimanapun, langkah ini datang dengan konsekuensi sentralisasi, yang menurut sebagian orang sudah ternodai dengan penguasaan hashrate lebih dari 51% oleh Qubic.

“Jika tidak ada satu pun pihak di komunitas Monero menanggapi serius isu reorganisasi blok, maka pedang Damocles ini akan selalu menggantung di atas kepala Monero,” tulis Yu Xian, pendiri perusahaan keamanan blockchain SlowMist, di X.

Monero Sudah Pertimbangkan Solusi untuk Cegah 51% Attack

Sebelumnya, komunitas Monero sempat mengkaji opsi overhaul pada mekanisme konsensus proof-of-work (PoW) guna membuat jaringan lebih tahan terhadap 51% attack.

Beberapa proposal meliputi melokalisasi perangkat keras mining, beralih ke algoritma merge mining, memungkinkan XMR ditambang bersama Bitcoin (BTC) dan aset crypto lain, serta mengadopsi solusi ChainLocks dari Dash.

Hanya saja hingga kini belum ada solusi efektif yang diimplementasikan, sementara Qubic masih memiliki pengaruh besar atas jaringan yang berfokus privasi ini.

Sebagi catatan, Monero sendiri sebenarnya memiliki mekanisme penguncian 10 blok untuk melindungi transaksi dari reorg hingga 10 blok, namun reorg 18 blok terbaru berhasil melampaui lapisan pengaman itu, terang Rucknium.

Walaupun terjadi pelanggaran yang berulang di jaringan, menariknya harga XMR justru relatif kokoh sejak laporan pertama mengenai takeover Qubic sekitar 28 Juli, hanya turun 5,85%.