Gelombang tekanan jual dari Bitcoin whale baru-baru ini merupakan pola yang umum dalam fase akhir siklus kripto dan seharusnya tidak lebih mengkhawatirkan dibanding periode sebelumnya, menurut analis dari Glassnode.
Pada Kamis (13/11), salah satu Bitcoin whale raksasa mulai bergerak menuju aksi jual. Sebuah wallet yang terekam sebagai milik trader Owen Gunden mentransfer 2.400 Bitcoin (BTC) senilai US$237 juta ke crypto exchange Kraken, menurut platform analitik blockchain Arkham.
Langkah ini menambah deretan Bitcoin whale yang nampaknya mulai hengkang dari aset kripto tersebut.
Namun, analis Glassnode menegaskan bahwa data menunjukkan narasi seperti “OG Whales Dumping” atau “Bitcoin’s Silent IPO” jauh lebih kompleks di kenyataan.
Rata-rata pengeluaran bulanan oleh long-term holder memperlihatkan bahwa arus keluar telah naik dari lebih dari 12.000 Bitcoin per hari pada awal Juli menjadi sekitar 26.000 per Kamis, kata Glassnode, yang menandakan distribusi yang reguler dan merata — bukan “OG dumping secara spesifik, melainkan perilaku normal bull market”.
“Kenaikan stabil ini mencerminkan meningkatnya tekanan distribusi dari kelompok investor lama — pola yang umum dari pengambilan profit fase akhir siklus, bukan eksodus mendadak para whale.”
“Long-term holder terus merealisasikan profit sepanjang siklus ini, sebagaimana mereka lakukan di setiap siklus sebelumnya,” tambah Glassnode.
Kronos Research: Pasar Kripto Belum Capai Pucuk
Berbicara kepada Cointelegraph, Vincent Liu, Chief Investment Officer di firma quantitative trading Kronos Research, mengatakan bahwa aksi jual whale ini merupakan aliran siklus yang terstruktur dan rotasi profit yang stabil, bukan kepanikan — sesuatu yang sering menjadi indikasi fase akhir siklus. Meningkatnya realized gain dan likuiditas yang masih tangguh juga dapat menjadi tanda fase akhir siklus.
Namun, Liu menekankan bahwa fase “late-cycle” tidak serta-merta berarti pasar telah mencapai puncaknya, selama masih ada pembeli yang menyerap suplai baru.
“Late cycle bukan berarti pasar sudah mentok, ini berarti momentum mendingin sementara faktor makro dan likuiditas yang mengendalikan arah. Berkurangnya ekspektasi pemangkasan suku bunga dan pelemahan jangka pendek memperlambat kenaikan, bukan menenggelamkannya,” ujar Liu.
“Pembacaan on-chain memberi sinyal potensi bottom. Net unrealized profit ratio Bitcoin di 0,476 menunjukkan bahwa short-term low mungkin sedang terbentuk, memberikan peluang positioning strategis, namun ini hanyalah salah satu dari banyak indikator yang perlu dipantau untuk mengonfirmasi bottom pasar.”
Sentimen pasar kripto berada dalam zona ketakutan seiring tekanan yang melanda pasar secara lebih luas. Analis menghubungkan hal ini dengan berbagai faktor ekonomi makro, termasuk trader yang hijrah ke aset yang memiliki eksposur lebih jelas terhadap kebijakan ekonomi dan aliran kredit.
Puncak Pasar Biasanya Berjarak Empat Tahun
Charlie Sherry, Head of Finance di crypto exchange Australia, BTC Markets, menyatakan bahwa aksi jual whale secara terpisah biasanya bukan isu besar, namun kali ini terlihat kurangnya support beli yang cukup kuat untuk menyerap tekanan jual tersebut.
Namun, ia menilai masih terlalu dini untuk memastikan apakah ini merupakan sinyal puncak siklus, meski hal itu tetap masuk akal.
Puncak pasar secara historis terjadi kurang lebih setiap empat tahun, seperti pada Desember 2017 — sekitar 1.067 hari setelah bottom — dan kemudian November 2021, sekitar 1.058 hari setelah low.
“Rekor all-time high terbaru pada 6 Oktober 2025 terjadi 1.050 hari dari bottom. Dari sudut pandang ini, masuk akal jika kita mungkin telah mencapai puncak siklus dan memasuki tahap awal bear market,” ujar Sherry.
Siklus Pasar Mungkin Tidak Lagi Relevan
Namun di saat yang sama, Sherry menekankan bahwa “konsep siklus empat tahun tidak sepenuhnya saklek”, karena hanya ada sedikit contoh untuk dijadikan acuan, dan Bitcoin terus berevolusi dengan dinamika permintaan baru yang didorong oleh exchange-traded fund dan corporate treasury.
Baca Juga: 2026 Diprediksi Akan Jadi Tahun Bull Market Crypto Sesungguhnya, Ini Alasannya
“Para pembeli ini tidak mengikuti pola siklus atau ritme empat tahun. Nafsu beli kelompok ini memang sedang lemah, namun itu bisa berubah dengan cepat,” katanya.
“Hanya waktu yang bisa menjawab apakah kita baru saja melihat puncak siklus. Ada alasan fundamental mengapa Bitcoin mungkin tidak lagi mengikuti ritme empat tahun, namun kekuatan fundamental tersebut sedang diuji saat ini.”
Baca Juga: Dan Tapiero: Bull Run Bitcoin Masih Aktif, tapi Koreksi 70% 'Mengintai'